Islam Kemanusiaan: Menangkal Radikalisme dengan Kasih Sayang

Oleh: Kombes Pol. Moh Dofir, S.Ag., SH., MH

 

Radikalisme kini menjadi salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh umat beragama dan masyarakat global, termasuk di Indonesia. Berbagai ideologi radikal yang bersembunyi di balik label agama berpotensi mengancam perdamaian dan keharmonisan antar umat manusia. Padahal, Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin memiliki potensi yang sangat besar untuk menanggulangi paham radikal tersebut dengan pendekatan kasih sayang, kedamaian, dan kemanusiaan. Inilah esensi sejati dari ajaran Islam yang sering kali terlupakan di tengah derasnya arus ekstremisme.

Islam mengajarkan bahwa setiap manusia diciptakan dengan kesetaraan di hadapan Allah, tanpa memandang suku, agama, ras, atau golongan. Seperti tertuang dalam surah Al-Hujurat ayat 13, bahwa Allah menciptakan manusia dengan berbagai latar belakang untuk saling mengenal, bukan untuk saling bermusuhan. Konsep ini menekankan pentingnya kasih sayang dalam interaksi sosial yang harmonis, yang seharusnya menjadi dasar dalam menyelesaikan perbedaan.

Nabi Muhammad SAW, sebagai teladan utama umat Islam, senantiasa mengedepankan dialog, toleransi, dan empati dalam menghadapi mereka yang berbeda pandangan atau bahkan memusuhi beliau. Salah satu contoh luar biasa adalah ketika Nabi memaafkan seorang wanita yang kerap melemparkan kotoran kepadanya. Tindakan mulia tersebut mencerminkan akhlak yang seharusnya diteladani oleh umat Islam dalam menghadapi konflik dan perbedaan.

Namun, tantangan semakin berat ketika beberapa kelompok menyalahgunakan agama untuk membenarkan tindakan kekerasan. Mereka menafsirkan ajaran agama secara sepihak, tanpa mempertimbangkan konteks dan tujuan utama syariat yang sejatinya adalah membawa kedamaian. Akibatnya, Islam sering dipandang sebagai agama yang keras dan intoleran, padahal ajarannya justru mengedepankan kedamaian dan persaudaraan.

Untuk melawan radikalisme, umat Islam perlu kembali meneguhkan ajaran kasih sayang yang menjadi inti dari Islam kemanusiaan. Salah satu cara yang efektif adalah melalui pendidikan yang moderat dan inklusif. Pendidikan memiliki peran sentral dalam membentuk karakter dan pandangan hidup individu, termasuk dalam memahami agama secara damai dan toleran. Pendidikan agama yang berfokus pada nilai-nilai universal seperti toleransi, perdamaian, dan penghormatan terhadap keberagaman dapat menciptakan masyarakat yang lebih harmonis.

BACA JUGA  Malam Isra Mi'raj 2025: Tanggal dan Amalan yang Wajib Diketahui

Pendekatan moderasi beragama dalam pendidikan juga perlu diaplikasikan dalam pembelajaran kontekstual, di mana para pendidik (guru, ustadz, dan tokoh agama) tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga memberikan contoh konkret tentang bagaimana menghargai perbedaan dan mengelola konflik secara konstruktif. Model pembelajaran ini mendorong siswa untuk mengaitkan materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, sehingga mereka dapat menginternalisasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, peran ulama dan tokoh agama sangat penting dalam menyampaikan pesan-pesan yang mencerahkan. Ulama sebagai penjaga nilai-nilai luhur diharapkan tidak hanya menjadi pemimpin spiritual, tetapi juga agen perubahan sosial yang mampu menjembatani kebutuhan masyarakat dengan nilai-nilai agama yang damai dan inklusif. Dalam hal ini, ulama harus berani mengoreksi penyalahgunaan ajaran agama yang digunakan untuk mempromosikan kebencian dan kekerasan. Sebagai tokoh yang dihormati, mereka memiliki kemampuan untuk menebarkan narasi damai yang dapat meredam konflik dan membangun harmoni antar umat beragama.

Dalam era digital ini, media sosial juga memiliki peran besar dalam menyebarkan ideologi radikal. Oleh karena itu, umat Islam harus bijak dalam menggunakan media sosial sebagai sarana untuk menyebarkan pesan-pesan perdamaian dan toleransi. Dengan mengunggah konten yang menguatkan nilai-nilai kebajikan dan kemanusiaan, umat Islam dapat berkontribusi dalam menciptakan ruang digital yang sehat dan konstruktif.

Dialog antaragama dan antarbudaya juga menjadi sarana penting dalam membangun pemahaman bersama. Melalui dialog, individu dari berbagai latar belakang dapat saling berbagi perspektif, mengurangi prasangka, dan membangun hubungan yang lebih harmonis. Di Indonesia, forum-forum seperti Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) telah terbukti efektif dalam meredakan ketegangan sosial yang disebabkan oleh kesalahpahaman antarumat beragama.

Menghadapi radikalisme dengan kasih sayang bukanlah tanda kelemahan, tetapi merupakan ekspresi dari kekuatan moral yang mendalam. Kasih sayang mencerminkan nilai-nilai universal yang menekankan penghormatan terhadap kehidupan manusia, solidaritas, dan keadilan. Islam kemanusiaan, yang menegaskan bahwa Islam adalah agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam, dapat menjadi kerangka yang relevan untuk menghadirkan solusi terhadap radikalisme dan konflik global yang sering dipicu oleh kebencian dan perpecahan.

BACA JUGA  4 Orang Penghinaan Al Quran Dihukum Mati

Pada akhirnya, meneguhkan Islam kemanusiaan adalah langkah strategis dalam membangun peradaban yang damai dan berkeadilan. Dengan melibatkan pendidikan, ulama, media sosial, dan dialog antaragama, umat Islam dapat memainkan peran penting dalam menciptakan dunia yang lebih inklusif, damai, dan penuh kasih sayang. Ini bukan hanya pilihan, tetapi juga kewajiban moral kita untuk menghadapi tantangan zaman ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *