Fadhlullah Dengarkan Suara Mahasiswa

Wagub Aceh: Mereka Layak Tinggal di Tempat yang Lebih Baik

Penulis Oleh: Verri Al-Buchari

 

“Kami datang untuk mendengar dan memberi solusi. Mahasiswa adalah aset penting Aceh. Sudah saatnya mereka mendapat tempat tinggal yang manusiawi dan mendukung proses belajar mereka,” tegas Wagub Aceh Fadhlullah.

 

 

Langit Malang mendung ketika Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah, melangkah memasuki halaman Asrama Putri Pocut Baren, Senin (21/4). Bangunan tua berlantai dua itu berdiri kokoh namun terlihat letih. Di bagian atap, tampak tambalan seadanya dari lembaran seng dan plastik hitam, menandai perlawanan diam para penghuni terhadap hujan yang tak kunjung kompromi.

Fadhlullah tidak datang sendiri. Ia didampingi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Almuniza Kamal, serta Kepala Badan Penghubung Pemerintah Aceh, Said Marzuki. Kunjungan mereka menjadi bagian dari agenda kerja Pemerintah Aceh ke Jawa Timur. Namun bagi puluhan mahasiswa Aceh di Malang, kunjungan ini membawa makna yang jauh lebih dalam.

“Kami tidak minta kemewahan, Pak. Kami hanya ingin tempat tinggal yang layak untuk belajar dan istirahat,” ujar Salah satu Mahasiswi, kepada Wakil Gubernur.

Keluhan Mahasiswi tersebut tidak berdiri sendiri. Dalam dialog hangat selama lebih dari satu jam, para mahasiswa menyampaikan berbagai persoalan—atap bocor, saluran air rusak, dapur yang lembap, pencahayaan buruk, hingga lemari yang lapuk dan tidak bisa dikunci. Sebagian bahkan harus berbagi ruang sempit tanpa ventilasi cukup, terutama di musim hujan.

Komitmen Renovasi Total

Menanggapi berbagai keluhan itu, Fadhlullah menyatakan komitmen Pemerintah Aceh untuk segera melakukan renovasi menyeluruh terhadap asrama-asrama mahasiswa Aceh yang ada di Malang, termasuk Pocut Baren, Asrama Cut Meutia, dan Asrama Chik Ditiro.

“Kami datang untuk mendengar dan memberi solusi. Mahasiswa adalah aset penting Aceh. Sudah saatnya mereka mendapat tempat tinggal yang manusiawi dan mendukung proses belajar mereka,” tegas Fadhlullah.

BACA JUGA  Gubernur Aceh Ikuti Retret Kepemimpinan di Akmil Magelang

Ia menambahkan bahwa renovasi tidak akan bersifat tambal-sulam, melainkan komprehensif, mencakup struktur bangunan, sanitasi, pencahayaan, serta fasilitas penunjang lainnya.

Renovasi ini akan melibatkan tim teknis dari Pemerintah Aceh bersama mitra pelaksana di Jawa Timur, dengan pengawasan langsung dari Badan Penghubung Pemerintah Aceh di Jakarta dan Surabaya. Proses perencanaan teknis akan dimulai segera, agar pelaksanaan bisa dilakukan setelah masa ujian mahasiswa usai pada pertengahan tahun ini.

Asrama, Rumah Kedua

Menurut Mahasiswa lainnya, asrama bukan sekadar tempat tinggal. Di sinilah ia membangun komunitas, berbagi suka dan duka dengan sesama perantau, dan bertahan saat homesick melanda. Namun kondisi fisik asrama sering kali menjadi tantangan tersendiri.

“Kadang, kami harus gotong-royong membersihkan air yang menggenang di lorong karena saluran tersumbat. Ada juga teman yang laptopnya rusak karena air rembes dari atap,” kisahnya.

Kondisi serupa juga terjadi di asrama mahasiswa putra. Di Asrama Chik Ditiro, sejumlah kamar mengalami kerusakan pada plafon dan kelistrikan. Beberapa mahasiswa harus menggunakan lampu darurat agar bisa belajar di malam hari.

Namun, semangat belajar tak pernah padam. Mahasiswa Aceh di Malang tetap aktif dalam berbagai organisasi kampus, kegiatan sosial, bahkan sering menjadi inisiator diskusi kebangsaan lintas daerah. Dalam banyak hal, mereka adalah duta Aceh yang menjaga nama baik daerah di perantauan.

Investasi untuk Masa Depan

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Almuniza Kamal, perhatian terhadap mahasiswa Aceh di luar daerah bukan hanya soal fasilitas fisik, tapi juga investasi jangka panjang bagi kualitas sumber daya manusia Aceh.

“Mereka adalah wajah masa depan Aceh. Kita ingin mereka tumbuh dalam lingkungan yang sehat, aman, dan mendukung,” katanya.

BACA JUGA  Semangat Ramadan Dorong Ekonomi Berkelanjutan di Aceh

Sementara itu, Said Marzuki, dari Badan Penghubung Pemerintah Aceh, menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah daerah, pengurus asrama, dan komunitas mahasiswa untuk memastikan keberlanjutan perawatan dan manajemen asrama ke depan.

Harapan Baru

Matahari mulai tenggelam di balik gedung-gedung kampus di Malang. Di halaman Asrama Pocut Baren, beberapa mahasiswa masih berbincang hangat. Di tengah riuhnya tantangan sebagai perantau, mereka kini punya satu alasan lagi untuk optimistis: pemerintah hadir dan mendengar.

“Kalau asrama benar-benar direnovasi, itu akan jadi hadiah terindah buat kami semua. Semoga bukan sekadar janji,” kata mahasiswi dengan senyum tipis.

Di balik tembok-tembok yang retak itu, tersimpan mimpi besar anak-anak muda Aceh. Dan kini, pintu untuk mewujudkan mimpi itu kembali terbuka.

Komentar