Wali Nanggroe Gelar Perkasa Alam Dianugerahkan untuk Abu Razak

Wali Nanggroe menganugerahkan gelar Perkasa Alam kepada Abu Razak sebagai penghormatan atas jasa besar dan pengabdian beliau untuk Aceh.

 

 

Banda Aceh – Wali Nanggroe Aceh, Paduka Yang Mulia Tgk. Malik Mahmud Al Haythar, menganugerahkan gelar kehormatan Perkasa Alam kepada almarhum H. Kamaruddin Abu Bakar atau Abu Razak. Gelar tersebut diberikan dalam prosesi resmi “Gelar Kehormatan Wali Nanggroe” yang berlangsung pada Rabu, 12 November 2025, di Pendopo Wali Nanggroe.

Kepala Bagian Kerja Sama dan Humas Wali Nanggroe, Zulfikar Idris, mengatakan bahwa gelar Perkasa Alam diberikan sebagai bentuk penghargaan negara terhadap tokoh yang dinilai memiliki jasa besar, dedikasi, serta pengabdian dalam perjuangan Aceh. Prosesi penganugerahan ditandai dengan penyematan pin dan peusijuek atau tepung tawar, yang diterima langsung oleh putra tertua almarhum, Muntazar.

Perkasa Alam adalah gelar yang diberikan kepada para pejuang Aceh yang telah menunjukkan keberanian, komitmen, dan kontribusi nyata bagi perjalanan Aceh. Almarhum Abu Razak adalah salah satu sosok penting yang memiliki rekam jejak panjang dalam sejarah Aceh,” ujar Zulfikar.

Abu Razak wafat di Mekkah, Arab Saudi, pada Rabu, 19 Maret 2025, sekitar pukul 06.00 waktu setempat, ketika sedang menunaikan ibadah umrah. Kepergian tersebut meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat Aceh, terutama kalangan olahraga dan para mantan kombatan yang pernah bekerja bersamanya.

Lahir di Kaye Jatoe, Pidie, pada 1 Mei 1967, Abu Razak menempuh pendidikan dasar hingga menengah di Teupin Raya sebelum melanjutkan ke SMA Negeri Teupin Raya. Ia sempat mengenyam pendidikan di Akademi Akuntansi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, namun tidak dapat menuntaskannya karena situasi Aceh yang mulai memanas pada akhir 1980-an.

BACA JUGA  BSI Aceh Kuasai Rp 24 T, Ekonomi Syariah Menguat

Pada 1988–1989, ia mengikuti pendidikan militer di Kamp Tajura, Libya. Setahun kemudian, kinerja dan kedisiplinannya membuat ia dipercaya sebagai bagian dari Tim Pengawal Pribadi Presiden Libya, Muammar Khadafi. Sekembalinya ke Aceh, kiprah organisasinya kian menonjol. Ia pernah menjabat Panglima Wilayah Pidie pada 1998–2000, lalu menjadi Komandan Operasi GAM pada 2000–2002. Pada periode 2002–2005, ia dipercaya sebagai Wakil Panglima GAM, sebuah masa kritis menjelang perjanjian damai Helsinki.

Setelah Aceh damai, perjalanan pengabdiannya terus berlanjut. Ia menjadi Wakil Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) sejak 2005, kemudian masuk ke dunia politik sebagai Wakil Ketua Umum Partai Aceh pada 2007–2018. Sejak 2018 hingga wafat, ia menjabat Sekretaris Jenderal Partai Aceh.

Di sektor olahraga, Abu Razak dikenal sebagai sosok pembawa perubahan. Ia menjabat Ketua Harian KONI Aceh pada 2014–2022 dan kemudian dipercaya sebagai Ketua Umum KONI Aceh sejak 2022 hingga akhir hayatnya. Di bawah kepemimpinannya, prestasi olahraga Aceh mengalami lonjakan, termasuk keberhasilan pada PON XXI/2024 Aceh–Sumut.

Penganugerahan gelar Perkasa Alam menjadi bentuk penghormatan atas perjalanan panjang almarhum dalam memperjuangkan Aceh, baik di medan konflik, ranah politik, maupun dunia olahraga. Sosoknya dikenang sebagai pemimpin yang tegas, loyal, dan berdedikasi tinggi untuk Aceh.

JANGAN LEWATKAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *