Gerakan 4B Mengguncang Dunia

Istilah “4B” berasal dari empat frasa Korea: Bi Yeon-ae (tidak berpacaran), Bi Sex (tidak berhubungan seks), Bi Hon (tidak menikah), dan Bi Chul-san (tidak melahirkan anak).

 

 

Jakarta – Gerakan 4B Mengguncang Dunia. Setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS, gerakan 4B yang dimulai di Korea Selatan tumbuh subur di berbagai belahan dunia. Namun mengapa para perempuan tertarik dengan gerakan tanpa seks, kencan, menikah, dan punya anak?

Min-ju ingat betul unggahan di media sosial yang menarik perhatian para perempuan dari seluruh dunia.

“Setelah pemilihan Trump, pria mengatakan aborsi adalah dosa, tetapi mereka tetap mengharapkan perempuan berhubungan seks dengan mereka. Ironi ini tidak bisa eksis bersama,” seperti tertulis di unggahan itu.

Min-ju, bukan nama sebenarnya, menjalani hidup dengan prinsip 4B, yang merupakan singkatan dari ungkapan bahasa Korea untuk hidup tanpa seks, kencan, menikah, dan punya anak.

Ini adalah gerakan yang diciptakan para feminis Korea Selatan yang memilih hidup tanpa pria sebagai respons terhadap misogini yang mereka yakini ada di masyarakat.

“Kami terus-menerus mendengar berita tentang perempuan yang mengalami kekerasan dalam pacaran atau bahkan dibunuh setelah mencoba mengakhiri hubungan,” kata Min-ju, 27 tahun, yang seperti para narasumber perempuan lain di tulisan ini memilih menggunakan nama samaran karena khawatir mendapat intimidasi, dikutip dari BBC.COM, Minggu (19/1/2025).

Gerakan yang mempertanyakan peran dan ekspektasi gender tradisional ini lantas mulai menyebar ke AS.

Dalam beberapa pekan terakhir, diskusi tentang gerakan 4B menarik minat banyak orang, khususnya setelah Donald Trump menang kembali di pemilihan presiden AS.

Kelompok feminis Korea Selatan, yang mengembangkan dan menjalankan prinsip-prinsip gerakan ini, merasa terdorong sekaligus kecewa dengan perhatian global yang baru muncul belakangan.

BACA JUGA  Sabu 1 Kg Gagal Terbang di Bandara SIM, Polisi Ungkap Modusnya

Apa itu 4B?

Seorang perempuan mengenakan kostum bertulisan “Mesin Penjual Bayi” untuk memprotes persepsi terhadap perempuan sebagai alat reproduksi semata. (Foto: B-WAVE via BBC.COM)

Istilah “4B” berasal dari empat frasa Korea: Bi Yeon-ae (tidak berpacaran), Bi Sex (tidak berhubungan seks), Bi Hon (tidak menikah), dan Bi Chul-san (tidak melahirkan anak).

Awalan “Bi” berarti “tidak” dalam bahasa Korea.

Ji-sun, bukan nama sebenarnya, mengatakan: “Ini adalah sebuah konsep, sebuah gerakan, dan praktik sehari-hari bagi perempuan.”

Ji-sun, yang merupakan mantan pemimpin kelompok advokasi hak aborsi B-Wave, mengatakan gerakan 4B dicetuskan sekitar tahun 2016 oleh beberapa kelompok feminis radikal.

Frasa Bi Hon (tidak menikah), menurutnya, muncul sebagai bentuk penolakan terhadap gagasan patriarki bahwa perempuan baru dapat menjadi “utuh” setelah menikah.

Prinsip-prinsip lain, seperti menolak seks, berpacaran, dan melahirkan, lantas ditambahkan untuk memberi penekanan lebih pada otonomi perempuan.

“Ini bukan mogok, yang menyiratkan kewajiban, tetapi pilihan untuk menghargai diri sendiri,” katanya.

Baginya, 4B adalah tentang membongkar patriarki, bukan menolak laki-laki.

“Ini adalah gerakan bagi perempuan untuk hidup sebagai manusia,” katanya.

“Berkencan, seks, pernikahan, dan melahirkan melemahkan perempuan dalam kenyataannya.”

Ji-sun juga bicara tentang konsep baru 6B, perluasan dari gerakan 4B yang juga mencakup frasa Bi So-bi (menghindari produk yang mengeksploitasi perempuan secara seksual) dan Bi Dob-bi (sesama perempuan yang belum menikah saling mendukung).

Ilustrasi perempuan saling mendukung. (Foto: GETTY IMAGES Via BBC.COM)

Gong Yeon-hwa, yang telah menulis makalah akademis tentang gerakan tersebut, ingat bagaimana ia memutuskan untuk mengadopsi prinsip-prinsip 4B.

“Itu adalah periode yang ditandai oleh berbagai peristiwa penting,” katanya.

“Banyak perempuan mulai menyadari bahwa tidak hanya pernikahan, tetapi juga kencan dan bahkan hubungan seks dapat membahayakan mereka,” tambahnya.

Kejadian di Stasiun Gangnam pada 2016, saat pria berumur 34 tahun menikam seorang perempuan hingga tewas di toilet umum, seakan menjadi titik temu bagi para feminis di Seoul.

Para perempuan turun ke jalan sambil meneriakkan slogan-slogan seperti: “Dia menjadi korban hanya karena dia seorang perempuan.”

Yeon-hwa mengingat sebuah laporan tahun 2020 dari Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga, yang menemukan bahwa 42% responden laki-laki mengaku pernah terlibat dalam prostitusi setidaknya satu kali.

Dia bilang temuan ini membuat teman-temannya semakin curiga terhadap pasangan laki-laki mereka.

“Saya juga terkadang merasa kesepian dan mendambakan hubungan,” kata Yeon-hwa.

“Namun, saya menyadari bahwa hubungan yang dipenuhi dengan keraguan dan ketakutan tidak sama berharganya dengan menginvestasikan waktu dan energi saya untuk mendukung perempuan lain.”

BACA SELENGKAPNYA:  GERAKAN 4B 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *