IHSG Terus Merosot, Saham Ini Biang Keroknya

Indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 3 triliun dengan volume transaksi mencapai 3,2 miliar lembar saham. Sebanyak 100 saham naik, 375 saham turun, dan 139 saham cenderung stagnan.

 

 

Jakarta – Pada perdagangan sesi I Jumat (7/2/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus melemah sebesar 2,1% menjadi 6.730,93 poin per pukul 09:21 WIB.

Penurunan ini disebabkan oleh outflow investor asing yang membuat IHSG kembali tertekan. Bahkan, IHSG telah mencapai level psikologis 6.700, menjadi level terendah sejak 19 Juni 2024.

Pada sesi I hari ini, IHSG terus melemah sebesar 2,1% menjadi 6.730,93 poin. Penurunan ini disebabkan oleh net sell asing yang mencapai Rp 2,34 triliun pada perdagangan Kamis kemarin. Total net sell asing dalam empat hari terakhir mencapai Rp 3,3 triliun.

Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 3 triliun dengan volume transaksi mencapai 3,2 miliar lembar saham. Sebanyak 100 saham naik, 375 saham turun, dan 139 saham cenderung stagnan.

Sektor energi, bahan baku, dan infrastruktur menjadi penekan terbesar IHSG di sesi I hari ini. Sementara dari sisi saham, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penekan terbesar di sesi I hari ini.

Menurut Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, fluktuasi IHSG dipengaruhi oleh faktor global, termasuk kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

“Karena sejatinya sentimen dari Donald Trump kuat. Pelaku pasar sejak awal tahun benar mencermati dinamika kebijakan Trumpconomics,” ujarnya seperti dilansir CNBC Indonesia, Kamis (6/2).

Kebijakan kontroversial Donald Trump, Presiden Amerika Serikat, membuat pelaku pasar berhati-hati. Salah satu kebijakan yang memicu kehati-hatian adalah perang dagang jilid dua yang melibatkan China. Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nicodemus, juga menyatakan bahwa situasi saat ini tidak menguntungkan bagi investor.

BACA JUGA  THR PNS 2025: Kapan Cair? Ini Jadwalnya!

Meskipun Kanada dan Meksiko mengalami penundaan, China tidak begitu. Negeri Tirai Bambu membalas tarif impor yang diberlakukan oleh Amerika Serikat.

Menurut Maximilianus, kebijakan Trump berpotensi meningkatkan inflasi di Amerika Serikat, sehingga ruang pemangkasan tingkat suku bunga menjadi terbatas.

“Stabilitas pemulihan ekonomi global juga menjadi terganggu,” ujarnya

IHSG kembali melemah dan berada di level psikologis 6.700. Hal ini berpotensi membuat saham-saham blue chip turun lebih dalam dan diikuti dengan valuasi yang semakin murah. Pelaku pasar saat ini menunggu data ketenagakerjaan AS yang akan dirilis malam ini, khususnya data Non-Farm Payrolls (NFP) Januari.

Data NFP Januari diprediksi berada di 170.000, angka terendah dalam tiga bulan terakhir. Tingkat pengangguran diproyeksikan stabil di 4,1%, sedangkan upah diperkirakan naik sebesar 0,3% secara bulanan. Laporan Januari juga akan mencakup revisi tahunan benchmark, yang dapat mengubah angka ketenagakerjaan sebelumnya.

Data ketenagakerjaan AS ini akan menjadi kunci bagi arah kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed). Pasar tenaga kerja AS masih menunjukkan kekuatan dan stabilitas, dengan penambahan lapangan kerja sebesar 2,2 juta sepanjang 2024.

Komentar