Danantara Bisa Hancurkan Reputasinya Jika Masuk Sritex dan GNI

Menurutnya, jika pemerintah memutuskan untuk membantu Sritex, maka perusahaan-perusahaan lain yang mengalami kondisi serupa juga perlu mendapatkan bantuan.

 

 

Jakarta – Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menyatakan bahwa jika Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) memutuskan untuk berinvestasi di PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) dan PT Gunbuster Nickel Industry (GNI), langkah tersebut berpotensi merusak reputasi badan tersebut.

Wijayanto menegaskan bahwa pemerintah harus bersikap adil terhadap semua perusahaan yang terdampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Menurutnya, jika pemerintah memutuskan untuk membantu Sritex, maka perusahaan-perusahaan lain yang mengalami kondisi serupa juga perlu mendapatkan bantuan.

“Jika Danantara masuk Sritex dan GNI, reputasi langsung hancur seketika, Danantara layu sebelum sempat berkambang. Langkah ini mengkonfirmasi bahwa Danantara lahir untuk melayani kepentingan kelompok tertentu. Tidak akan ada investor asing yang masuk,” ujarnya, dikutip dari kontan.co.id Minggu (2/3).

Wijayanto juga mengkritik langkah Danantara yang hadir minggu lalu, yang menurutnya menyebabkan penurunan saham bank-bank BUMN, mengganggu pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan memperburuk kondisi nilai tukar rupiah.

Lebih lanjut, Wijayanto mempertanyakan kelayakan sumber dana Danantara, yang mengklaim memiliki aset mencapai Rp 14.000 triliun. Ia menjelaskan bahwa sebagian besar aset tersebut tidak dapat dimobilisasi karena berbentuk dana pihak ketiga, fixed aset, tagihan, dan modal kerja.

“Dana yang dikatakan akan masuk Rp 340 triliun per tahun juga too good to be true, kalau pun terwujud sumbernya adalah utang SBN, karena APBN kita defisit dan tahun 2025 perlu terbitkan surat utang baru hingga Rp 600 triliun-Rp 700 triliun,” ungkapnya Wijayanto.

Ia juga mengingatkan agar Danantara lebih realistis dan konkret dalam merumuskan langkah-langkah strategisnya, menghindari narasi yang terlalu ambisius yang pada akhirnya bisa meruntuhkan kredibilitas mereka.

BACA JUGA  Rosan Roeslani Pimpin Danantara, Dukung Dony & Pandu

“Tanpa kredibilitas, tidak akan ada kepercayaan. Sovereign Wealth Fund (SWF) pada dasarnya adalah bisnis yang bergantung pada trust,” tegas Wijayanto.

Dengan pernyataan ini, Wijayanto mengingatkan agar Danantara berhati-hati dalam mengambil keputusan, demi menjaga kepercayaan publik dan reputasi yang sudah dibangun.

Komentar