Tarif Baru Trump Berisiko Picu Resesi & Kenaikan Harga

Kebijakan Perdagangan Trump Menjadi Beban Ekonomi setelah Kemenangan 2024.

 

 

Jakarta – Tarif Baru Trump Dinilai Bumerang, Risiko Resesi dan Kenaikan Harga, Janji kampanye Presiden Donald Trump pada 2024 untuk memperbaiki perekonomian dan menurunkan harga menjadi faktor utama kemenangannya dalam kembali menjabat di Gedung Putih. Namun, hanya dua bulan setelah masa jabatan keduanya dimulai, kebijakan yang awalnya dianggap menguntungkan kini berbalik menjadi tantangan besar bagi ekonomi AS.

Kebijakan tarif baru yang diumumkan Trump dalam sebuah acara di Rose Garden pada hari Rabu lalu, yang mencakup tarif hingga 34 persen untuk impor dari Tiongkok dan negara lainnya, telah memicu kekhawatiran.

Melansir Newsweek, Para analis dan lembaga survei menyatakan bahwa kebijakan ini bisa memperburuk ketegangan perdagangan global, menyebabkan resesi, dan semakin menurunkan tingkat kepercayaan publik terhadap kemampuan Trump mengelola ekonomi negara.

“Sebagian besar tarif tersebut akan dibebankan kepada konsumen Amerika dalam bentuk kenaikan harga barang,” kata Mark Zandi, Kepala Ekonom di Moody’s Analytics.

“Ekonomi AS akan menderita jika Trump meneruskan kebijakan tarif baru ini, dan negara-negara lain membalas dengan mengenakan tarif yang lebih tinggi terhadap produk-produk Amerika,” tambahnya.

Zandi juga mengingatkan bahwa kombinasi tarif baru dan pembalasan dari negara lain dapat menjadi beban berat bagi ekonomi dan berpotensi mendorong negara tersebut ke dalam resesi.

Dalam pidato yang panjang sebelum menandatangani kebijakan tarif baru, Trump berulang kali menyatakan bahwa langkah ini bertujuan untuk mengakhiri praktik perdagangan yang tidak adil yang berlangsung selama puluhan tahun, serta untuk mengembalikan “kemandirian ekonomi” AS.

“Negara kita dan para pembayar pajak telah ditipu selama lebih dari 50 tahun, tetapi itu tidak akan terjadi lagi,” tegas Trump.

BACA JUGA  Bos-Bos Danantara Kelola Dana BUMN Rp 15.000 T, Ini Sosoknya!

Rencana tarif yang diumumkan mencakup tarif 34 persen untuk impor dari Tiongkok, 20 persen dari Uni Eropa, 25 persen dari Korea Selatan, dan 26 persen dari India, serta tarif dasar minimum 10 persen untuk barang-barang impor lainnya.

Selain itu, Trump juga mengonfirmasi bahwa tarif sebesar 25 persen untuk impor mobil akan mulai diberlakukan pada tengah malam hari Rabu.

Namun, meski Trump mengklaim bahwa tarif ini akan menghasilkan triliunan dolar untuk mengurangi pajak dan membayar utang nasional, banyak ekonom dan pakar perdagangan meragukan prediksi tersebut.

Sejumlah jajak pendapat juga menunjukkan bahwa mayoritas publik Amerika tidak setuju dengan kebijakan tarif ini dan khawatir akan dampaknya terhadap harga barang yang lebih tinggi di pasar.

Dengan ketidakpastian yang terus berkembang, banyak pihak yang memandang kebijakan tarif baru ini sebagai langkah yang berisiko, baik untuk perekonomian AS maupun bagi hubungan perdagangan global.

Komentar