China Pertimbangkan Pengecualian Tarif untuk Sejumlah Produk Impor AS.
Jakarta – Pemerintah Tiongkok tengah mempertimbangkan kebijakan pengecualian tarif impor terhadap sejumlah produk asal Amerika Serikat, sebagai langkah meredakan ketegangan dagang antara kedua negara. Kebijakan ini berpotensi mengurangi beban tarif yang saat ini mencapai hingga 125 persen.
Kementerian Perdagangan Tiongkok dilaporkan telah meminta sejumlah perusahaan untuk menyerahkan daftar produk yang diharapkan bisa dikecualikan dari bea masuk. Menurut sumber yang mengetahui langsung proses tersebut, sebuah gugus tugas di bawah kementerian kini sedang mengkaji produk-produk potensial yang akan masuk dalam skema pengecualian.
“Perusahaan diminta untuk mengajukan permohonan masing-masing terkait produk yang dinilai layak mendapatkan pengecualian tarif,” ujar sumber tersebut kepada Reuters, Jumat (25/4/2025), dengan syarat anonim.
Sementara itu, majalah keuangan Caijing melaporkan bahwa terdapat delapan jenis produk terkait sektor semikonduktor—meskipun tidak termasuk chip memori—yang sedang dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam daftar pengecualian.
Melansir CNBCIndonesia.com, Berbagai dokumen yang beredar di media sosial serta di kalangan pelaku usaha turut mengungkap adanya daftar sementara berisi 131 kategori produk yang berpotensi memperoleh pengecualian. Daftar tersebut mencakup item mulai dari vaksin, bahan kimia industri, hingga mesin jet.
Hingga berita ini diturunkan, pemerintah Tiongkok belum memberikan konfirmasi resmi terkait kebijakan tersebut. Namun, langkah ini dinilai sebagai indikasi adanya perubahan strategi ekonomi di tengah tekanan yang semakin besar akibat konflik dagang dengan Amerika Serikat.
Langkah ini mencerminkan bahwa, serupa dengan Washington, Beijing mulai menyadari urgensi untuk memitigasi dampak ekonomi dari ketegangan bilateral. Jika sebelumnya sikap Tiongkok terlihat tegas dan konfrontatif, kini muncul pendekatan yang lebih pragmatis.
Di sisi lain, pemerintah Amerika Serikat sebelumnya juga telah memberikan sinyal kompromi dengan menawarkan pengecualian bea masuk untuk sejumlah produk elektronik asal Tiongkok. Washington menilai bahwa kondisi perdagangan saat ini tidak lagi berkelanjutan secara ekonomi dan memerlukan penyesuaian kebijakan.
Selama ini, Beijing secara terbuka menyatakan kesiapannya untuk menghadapi perseteruan dagang, bahkan menyebut akan “berjuang sampai akhir” jika tarif tambahan tidak dicabut sepenuhnya oleh AS. Namun, kondisi ekonomi domestik Tiongkok yang mulai menunjukkan tanda-tanda pelemahan—seperti ancaman deflasi, melemahnya konsumsi rumah tangga, serta rendahnya tingkat kepercayaan konsumen pasca pandemi—menjadi faktor pendorong perubahan arah kebijakan.
Pemerintah Tiongkok sejauh ini telah mendorong pelaku ekspor yang terdampak untuk mengalihkan fokus ke pasar domestik. Namun, banyak perusahaan mengeluhkan rendahnya permintaan, kecilnya margin keuntungan, serta ketidakpastian perilaku konsumen di pasar lokal.