“Pendidikan adalah amanah, dan dayah adalah benteng umat. Kita ingin memastikan bahwa setiap dayah di Aceh memiliki kualitas, sistem, dan kiprah yang sesuai tuntutan zaman, tanpa kehilangan ruh keilmuannya,” tambah Dr. Zulkhairi.
BANDA ACEH – Badan Akreditasi Dayah Aceh (BADA) tengah melaksanakan asesmen lapangan terhadap 273 dayah dari seluruh Aceh yang mengajukan usulan akreditasi pada tahun 2025. Proses visitasi ini berlangsung sejak 30 April hingga 4 Mei 2025, dan melibatkan 15 asesor yang diturunkan langsung ke lapangan.
Wakil Ketua Majelis Akreditasi Dayah Aceh (MADA), Dr. Teuku Zulkhairi, MA mengatakan bahwa akreditasi dayah bukan hanya menilai aspek pendidikan formal, namun juga peran dayah dalam dakwah dan pengabdian masyarakat.
“Akreditasi ini bukan hanya menilai proses pendidikan di dalam dayah, tapi juga menilai dayah sebagai pusat dakwah dan pengabdian masyarakat. Kita ingin mewujudkan dayah yang standar di seluruh Aceh, tanpa meninggalkan nilai-nilai turats yang menjadi jati diri pendidikan Islam kita,” ujarnya dalam siaran pers, Kamis (1/5/2025).
Visitasi ini merupakan lanjutan dari bimbingan teknis (bimtek) asesor yang digelar sehari sebelumnya, 29 April 2025. Dalam bimtek tersebut, para asesor dibekali pemahaman tentang mekanisme asesmen lapangan, instrumen akreditasi, serta kode etik dan strategi komunikasi dengan pimpinan dayah.
“Pendidikan adalah amanah, dan dayah adalah benteng umat. Kita ingin memastikan bahwa setiap dayah di Aceh memiliki kualitas, sistem, dan kiprah yang sesuai tuntutan zaman, tanpa kehilangan ruh keilmuannya,” tambah Dr. Zulkhairi.
Sementara itu, Ketua MADA, Tgk Marbawi Yusuf, SH dalam arahannya menegaskan bahwa proses asesmen harus dijalankan secara adil, terbuka, dan bertanggung jawab.
“Asesor harus mampu berkomunikasi dan beradaptasi dengan baik. Kalau kita bersikap jujur dan profesional, insya Allah data yang kita peroleh akan valid dan jauh dari persoalan,” ujar Tgk Marbawi.
Ia juga mengingatkan pentingnya koordinasi dan integritas para asesor di lapangan. Dari total 294 dayah yang mengajukan akreditasi tahun ini, sebanyak 21 dayah tidak lolos verifikasi karena sebelumnya sudah pernah diakreditasi oleh BADA.
“Tugas ini memang berat, hanya dengan 15 asesor kita harus menilai 273 dayah. Tapi kalau diniatkan sebagai bentuk khidmat kepada pendidikan Islam, insya Allah bisa kita tunaikan dengan baik,” kata Tgk Marbawi, yang juga mantan Rais ‘Am Rabithah Thaliban Aceh.
Akreditasi ini diharapkan akan menjadi tonggak penting dalam standarisasi mutu pendidikan dayah di Aceh, memperkuat identitas dayah sebagai lembaga berbasis nilai keislaman, keulamaan, dan sosial kemasyarakatan.