Tren Kekerasan terhadap Pemilik Kripto Meningkat, Beberapa Kasus Berujung Tragis. Serentetan serangan kekerasan baru-baru ini terhadap investor kripto membuat pihak berwenang khawatir akan keamanan publik.
Jakarta — Seiring dengan meningkatnya popularitas mata uang kripto, tren kejahatan terhadap para pemilik aset digital kian mengkhawatirkan. Laporan terbaru mencatat peningkatan signifikan kasus kekerasan terhadap individu yang dikenal memiliki simpanan kripto dalam jumlah besar.
Menurut repositori publik GitHub milik pakar keamanan siber Jameson Lopp, sepanjang tahun 2025 telah terjadi sedikitnya 22 serangan yang disebut sebagai “$5 wrench attack” — istilah yang merujuk pada tindakan kekerasan fisik untuk memaksa korban mengungkapkan akses ke dompet digital mereka.
Meski dalam sejumlah insiden aparat penegak hukum berhasil mencegah kerugian lebih lanjut, pola kekerasan yang semakin brutal telah menimbulkan korban luka berat hingga meninggal dunia, dikutip Cointelegraph, Minggu (18/5/2025)
Kasus di Prancis Jadi Sorotan
Salah satu insiden yang paling mengejutkan terjadi di Paris, Prancis, pada Januari 2025. Pendiri perusahaan dompet kripto Ledger, David Balland, dan istrinya, Amandine Balland, diculik dari kediaman mereka oleh sekelompok orang bersenjata.
Jaksa Penuntut Paris, Laure Beccuau, mengungkapkan bahwa para pelaku meminta uang tebusan dalam bentuk mata uang kripto melalui kontak dengan salah satu eksekutif Ledger. Dalam upaya menekan pihak perusahaan, pelaku dilaporkan memutilasi tangan Balland dan mengirimkan bukti visual kepada pihak Ledger.
Operasi pencarian yang melibatkan sekitar 230 personel akhirnya membuahkan hasil. Polisi berhasil membebaskan Balland sehari kemudian di Châteauroux, sekitar 50 kilometer dari lokasi penculikan. Kedua korban selamat, namun mengalami trauma fisik dan psikologis yang serius.
Upaya Penipuan Berujung Penyanderaan di Filipina
Di Filipina, seorang pedagang Bitcoin asal Korea Selatan, Taehwa Kim, menjadi korban penyanderaan saat hendak menjual mobil mewah Lamborghini miliknya kepada pembeli yang menyamar.
Peristiwa yang terjadi pada 20 Januari di Kota Makati itu bermula dari kesepakatan untuk bertemu di sebuah spa guna menyelesaikan transaksi. Namun, Kim justru diculik oleh tiga pria tak dikenal dan disekap selama tiga hari. Para pelaku gagal memperoleh akses ke aset digital Kim, namun membawa kabur mobil, jam tangan mewah, serta barang pribadi lainnya.
Kim kemudian ditemukan dalam kondisi tangan terikat oleh aparat kepolisian di sebuah lokasi sekitar 50 kilometer dari tempat penyekapan.
Streamer Populer Gagalkan Percobaan Perampokan
Dalam insiden lain yang terjadi pada November 2024 di Amerika Serikat, streamer dan cosplayer terkenal Kaitlyn Siragusa — dikenal dengan nama panggung “Amouranth” — menjadi sasaran upaya pencurian setelah tanpa sengaja mempublikasikan saldo dompet kriptonya senilai sekitar 20 juta dolar AS dalam bentuk Bitcoin dan Ether.
Pelaku diketahui mencoba menerobos masuk ke kediaman Siragusa. Namun, percobaan tersebut digagalkan setelah ia menembak salah satu pelaku dengan senjata api yang dimilikinya secara legal.
Pemerintah Prancis Ambil Sikap
Merespons eskalasi kekerasan ini, Kementerian Dalam Negeri Prancis menggelar pertemuan darurat untuk membahas langkah-langkah pencegahan dan perlindungan bagi pemilik aset kripto. Otoritas Eropa pun mulai mendorong penguatan regulasi dan sistem keamanan bagi individu dan perusahaan yang beroperasi dalam industri mata uang digital.
Meski teknologi kripto menawarkan kebebasan finansial yang lebih besar, peristiwa-peristiwa ini menggarisbawahi risiko keamanan fisik yang kini menyertainya — terutama bagi mereka yang menyimpan aset dalam jumlah besar dan tidak cukup terlindungi.