Kasus COVID-19 Kembali Meningkat di Sejumlah Negara Asia.
Jakarta — Gelombang baru kasus COVID-19 dilaporkan kembali terjadi di sejumlah negara Asia, termasuk kawasan Asia Tenggara. Lonjakan kasus ini menandai kembali meningkatnya penyebaran virus SARS-CoV-2 di wilayah yang sebelumnya relatif stabil, seperti Singapura, Thailand, Hong Kong, dan China daratan.
Hong Kong
Pemerintah Hong Kong melaporkan lonjakan signifikan kasus COVID-19, yang disertai peningkatan angka kesakitan dan kematian, khususnya pada kelompok usia lanjut dan pasien dengan penyakit penyerta. Berdasarkan data Pusat Perlindungan Kesehatan (CHP) Hong Kong per 13 Mei 2025, sebanyak 81 pasien dilaporkan mengalami gejala berat, dan 30 di antaranya meninggal dunia.
Sebagian besar kasus berat (sekitar 83 persen) terjadi pada warga berusia 65 tahun ke atas, dengan lebih dari 90 persen di antaranya memiliki komorbiditas. Tingkat infeksi pun menunjukkan tren tajam, melonjak dari 1,7 persen pada pertengahan Maret menjadi 11,4 persen—melampaui puncak infeksi yang tercatat pada Agustus 2024.
“Kasus COVID-19 di Hong Kong saat ini cukup tinggi,” kata Kepala Bagian Penyakit Menular di Pusat Perlindungan Kesehatan, Albert Au, dikutip dari Independent UK.. Proporsi sampel pernapasan yang terkonfirmasi positif COVID-19 pun disebut mencapai angka tertinggi dalam satu tahun terakhir.
Singapura
Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) juga melaporkan peningkatan kasus COVID-19 sebesar 28 persen, dengan total 14.200 infeksi baru berdasarkan data per 3 Mei 2025. Ini merupakan laporan resmi pertama terkait situasi pandemi dalam hampir satu tahun terakhir.
Meski angka rawat inap meningkat sekitar 30 persen, otoritas kesehatan setempat menyebut belum ada indikasi bahwa varian virus yang beredar saat ini lebih ganas atau lebih mudah menular dibanding varian sebelumnya.
“Tidak ada indikasi bahwa varian yang beredar secara lokal lebih mudah menular atau menyebabkan penyakit yang lebih parah, dibandingkan dengan varian yang beredar sebelumnya,” tutur kementerian kesehatan setempat, seperti dilansir detikHealth.
Peningkatan kasus diduga berkaitan dengan menurunnya kekebalan kolektif. Dua varian yang dominan di Singapura saat ini adalah LF.7 dan NB.1.8, yang merupakan turunan dari strain JN.1. Kedua varian ini menyumbang lebih dari dua pertiga dari total kasus yang berhasil diurutkan secara lokal.
Thailand
Thailand juga mencatat lonjakan kasus COVID-19 pasca-perayaan Songkran. Pemerintah melaporkan 71.067 kasus positif dan 19 kematian dalam rentang waktu 1 Januari hingga 14 Mei 2025.
Menurut laporan Nation Thailand, peningkatan ini berkaitan dengan dua klaster penyebaran yang teridentifikasi selama dan setelah periode liburan nasional tersebut. Data Departemen Ilmu Kedokteran menunjukkan peningkatan varian Omicron sublineage XEC selama Januari dan Februari.
Pemerintah Thailand mengimbau masyarakat untuk tetap menerapkan langkah pencegahan, seperti mencuci tangan secara rutin, menggunakan masker di tempat umum, serta memperhatikan gejala yang mungkin timbul.
China
Sementara itu, di China daratan, tren peningkatan kasus juga terlihat. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China mencatat lonjakan tajam tingkat positif tes COVID-19 di rumah sakit, yang meningkat lebih dari dua kali lipat dalam kurun lima minggu hingga 4 Mei 2025.
Mengutip Economic Times, kondisi ini menunjukkan potensi kemunculan gelombang baru COVID-19, serupa dengan yang pernah terjadi sebelumnya. Meskipun belum ada pernyataan resmi mengenai varian baru, lonjakan kasus dinilai cukup mengkhawatirkan oleh para pengamat kesehatan masyarakat di negara tersebut.