Pelemahan rupiah terjadi di tengah sentimen menunggu keputusan Bank Indonesia serta kebijakan moneter The Fed.
Jakarta — Nilai tukar rupiah melemah kembali tertekan pada awal perdagangan hari ini, Selasa (19/8/2025), dan menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di kawasan Asia. Pelemahan rupiah terjadi di tengah meningkatnya kewaspadaan pasar menjelang agenda penting Bank Indonesia (BI) serta kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).
Mengutip data Refinitiv, pada pukul 09.36 WIB rupiah melemah 0,56 persen ke posisi Rp16.245 per dolar AS. Kinerja tersebut menjadikan rupiah sebagai mata uang Asia dengan koreksi paling tajam pada pagi ini.
Melansir CNBC Indonesia, Pelemahan rupiah sejalan dengan sentimen pasar yang menanti hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang digelar mulai hari ini hingga besok. Di sisi lain, investor global juga masih mencermati arah kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) yang akan menjadi penentu dinamika pasar keuangan dalam beberapa waktu ke depan.
Mata Uang Asia Tertekan
Selain rupiah, sejumlah mata uang Asia juga tercatat melemah. Won Korea Selatan turun 0,06 persen ke level KRW 1.389 per dolar AS, yuan China melemah tipis 0,02 persen ke posisi CNY 7,186 per dolar AS, sementara dolar Taiwan terkoreksi 0,12 persen ke TWD 30,067 per dolar AS.
Namun, yen Jepang justru bergerak berlawanan arah. Yen menguat tipis 0,07 persen ke level JPY 147,76 per dolar AS, menjadikannya salah satu mata uang utama Asia yang mampu menahan tekanan dari penguatan dolar.
Dolar AS Menguat
Di sisi lain, indeks dolar AS (DXY) terpantau naik tipis 0,05 persen ke level 98,21 pada pukul 09.48 WIB. Pada perdagangan sehari sebelumnya, indeks dolar ditutup menguat 0,32 persen ke posisi 98,16.
Penguatan dolar AS terjadi seiring sikap hati-hati pelaku pasar global menjelang sejumlah agenda penting pekan ini. Salah satunya adalah publikasi risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC Minutes) yang dijadwalkan rilis Kamis (21/8/2025) dini hari waktu Indonesia. Dokumen ini diharapkan memberikan gambaran lebih detail mengenai pandangan anggota The Fed dalam rapat 31 Juli lalu, serta arah kebijakan moneter selanjutnya.
Fokus ke Jackson Hole
Selain risalah rapat, perhatian investor juga tertuju pada Jackson Hole Economic Symposium di Wyoming, AS, pada Jumat (22/8/2025). Forum tahunan yang digelar The Kansas City Fed ini kerap menjadi panggung penting bagi para pengambil kebijakan moneter global.
Simposium Jackson Hole dikenal mampu mengguncang pasar keuangan dunia. Pada 2022 misalnya, pidato Ketua The Fed Jerome Powell di forum tersebut memicu gejolak besar setelah ia menyampaikan sikap yang lebih hawkish dari perkiraan, sehingga membuat pasar saham dan obligasi global tertekan tajam.
Kini, pelaku pasar kembali menantikan sinyal kebijakan yang akan disampaikan Powell maupun pejabat The Fed lainnya. Setiap indikasi arah kebijakan suku bunga dapat berimplikasi besar, tidak hanya bagi pergerakan dolar AS, tetapi juga bagi stabilitas mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.