Figur Po Adam dalam lambang Kota Salem, Massachusetts, diperdebatkan warga sebagai simbol kolonial, meski bagi Aceh ia pahlawan yang menyelamatkan pelaut Amerika pada abad ke-19.
Jakarta — Di antara ikon kota-kota di Amerika Serikat, Salem, Massachusetts, menyimpan jejak sejarah yang menghubungkan langsung dengan Aceh. Lambang resmi kota itu sejak 1839 menampilkan sosok pria bersorban dari Timur berdiri dengan latar kapal layar. Figur tersebut diyakini merepresentasikan Po Adam, seorang ulee balang dari pesisir barat Sumatra, kini wilayah Aceh Barat Daya.
Namun, keberadaan figur itu kini diperdebatkan. Sejak akhir 2024, sebagian warga Salem menilai logo tersebut mencerminkan stereotip rasial dan warisan kolonialisme yang dianggap tak lagi relevan. Perdebatan kian mencuat ketika Gubernur Aceh Muzakir Manaf mengirim surat kepada Gubernur Massachusetts Maura Healey agar citra orang Aceh itu tidak dihapus dari identitas visual kota.
Jejak Dagang Lada dan Simbol Kota

Lambang Salem menampilkan pria berjubah biru, celana merah, sabuk kuning, dan sorban putih, dengan payung terbuka di bahu—simbol status terhormat pada masanya. Di belakangnya tergambar kapal layar dan pohon palem, penanda hubungan dagang maritim Salem dengan Asia Tenggara, khususnya dalam perdagangan lada.
Moto Latin yang tertera di bawah perisai berbunyi Divitis Indiae usque ad ultimum sinum atau “Dari Kekayaan India hingga ke Teluk yang Paling Jauh”. Moto ini mencerminkan ambisi saudagar Salem yang berlayar langsung ke Sumatra untuk memperoleh lada sejak akhir abad ke-18.
Po Adam, Pahlawan di Balik Tragedi Friendship
Nama Po Adam tercatat dalam arsip Amerika sebagai mitra dagang dan tokoh penting dalam tragedi kapal Friendship pada 1831. Saat itu, kapal milik Kapten Charles Endicott diserang di Kuala Batee, Aceh Barat, menewaskan sejumlah awak dan menimbulkan kerugian besar.
Di tengah serangan, Po Adam melindungi Kapten Endicott dan membantunya menyelamatkan diri. Ucapannya yang legendaris, “Jika mereka membunuhmu, mereka harus membunuh Po Adam lebih dulu,” hingga kini tersimpan di Museum Peabody Essex, Salem.
Keberpihakan Po Adam pada pelaut Amerika membuatnya tersingkir di tanah kelahirannya. Dalam surat kepada saudagar kaya Salem, Joseph Peabody, ia menulis rumahnya dibakar dan hartanya hilang karena dianggap “teman Amerika”.
Dari Penghormatan ke Kontroversi
Logo Salem yang dirancang George Peabody pada 1839 diyakini merupakan penghormatan atas keberanian Po Adam. Namun, narasi itu kini bergeser. Sebagian warga menilai representasi sosok “asing” dalam lambang kota tak lagi mencerminkan identitas masyarakat modern.
Perdebatan ini menimbulkan ironi. Po Adam, yang dalam catatan sejarah tampil sebagai pelindung dan sahabat, kini dipandang sebagian orang sebagai simbol ketundukan.
Masa Depan Logo Salem
Melansir Suara.com, Pemerintah Kota Salem membentuk City Seal Task Force untuk meninjau masa depan logo bersejarah itu. Proses evaluasi dipastikan panjang: melibatkan diskusi publik, konsultasi sejarawan, serta pengumpulan aspirasi warga hingga September 2026.
Perdebatan ini bukan sekadar soal simbol visual, melainkan juga ujian cara masyarakat menghormati sejarah. Bagi Aceh, keberadaan Po Adam dalam lambang Salem adalah penanda hubungan lintas samudra yang pernah menautkan dua budaya. Pertanyaannya, apakah penghapusan figur itu justru akan memutus jejak sejarah yang unik antara Sumatra dan New England?