Inovasi digital “Aplikasi Cerdas” karya SMA Negeri 1 Matangkuli hadir sebagai sistem peringatan dini untuk mencegah anak putus sekolah di Aceh Utara.
Aceh Utara — Upaya pencegahan anak putus sekolah di Aceh kini memasuki babak baru. SMA Negeri 1 Matangkuli meluncurkan Aplikasi Cerdas (Cegah Anak Rentan dari Ancaman Putus Sekolah), sebuah inovasi digital yang berfungsi sebagai sistem peringatan dini atau early warning system untuk mendeteksi dan menangani siswa berisiko putus sekolah secara cepat dan tepat.
Program ini digagas oleh Kepala SMA Negeri 1 Matangkuli, Khairuddin, S.Pd., M.Pd., sebagai bentuk tanggung jawab moral terhadap meningkatnya jumlah anak rentan putus sekolah (ARPS) di wilayahnya. Berdasarkan data internal sekolah, setiap tahun terdapat sekitar 10 hingga 20 siswa yang tidak melanjutkan pendidikan karena berbagai faktor, seperti masalah ekonomi, keluarga tidak harmonis, kesehatan, serta rendahnya motivasi belajar.
Melalui Aplikasi Cerdas, tim sekolah yang terdiri atas guru Bimbingan Konseling, wali kelas, dan perwakilan guru mata pelajaran dapat memantau kehadiran siswa, mengidentifikasi penyebab kerentanan, serta memberikan intervensi sesuai kebutuhan. Bentuk intervensi yang dilakukan mencakup bantuan ekonomi, pendampingan keluarga, hingga coaching motivasi belajar.
Seluruh data dan progres penanganan siswa terekam secara real-time di dalam sistem, sehingga memudahkan koordinasi antar guru dan meningkatkan transparansi dalam proses pengambilan keputusan.
“Kami ingin setiap anak mendapatkan haknya untuk belajar tanpa terhalang faktor apa pun. Aplikasi Cerdas membantu kami bertindak cepat sebelum terlambat,” ujar Khairuddin saat ditemui di sekolah, Kamis (9/10/2025).
Program Gerakan Cerdas di SMA Negeri 1 Matangkuli merupakan tindak lanjut dari program nasional Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dalam upaya pencegahan anak putus sekolah. Uniknya, program ini dijalankan secara mandiri melalui partisipasi komite sekolah dan donasi masyarakat, tanpa menggunakan dana BOS.
Selain berfungsi sebagai alat pemantau dini, Aplikasi Cerdas juga memperkuat nilai-nilai kemanusiaan dan pembelajaran berbasis empati. Dengan pendekatan berbasis data dan kolaborasi, sistem ini menghubungkan teknologi, pendidikan, dan tanggung jawab sosial dalam satu ekosistem.
“Cerdas bukan sekadar aplikasi, tetapi gerakan moral bersama,” tegas Khairuddin.
Ia berharap inovasi ini dapat menjadi contoh baik bagi sekolah lain di Aceh dan Indonesia, agar tidak ada lagi anak yang kehilangan kesempatan mengenyam pendidikan hanya karena keterbatasan ekonomi atau kondisi sosial keluarga.
“Kami ingin memastikan tidak ada lagi anak Aceh yang putus sekolah. Pendidikan adalah hak semua anak,” pungkasnya.