Produktivitas beracun dapat dijelaskan sebagai kebiasaan bekerja yang berlebihan dan mengorbankan kesehatan serta kesejahteraan pribadi demi mencapai target produktivitas
Jakarta – 4 Penyebab ‘Produktivitas‘ Beracun dan Cara Mengatasinya dalam sebuah pekerjaan seharusnya mendorong keterlibatan dan produktivitas, namun beberapa tempat kerja justru menciptakan kondisi yang mendukung produktivitas beracun.
Produktivitas beracun dapat dijelaskan sebagai kebiasaan bekerja yang berlebihan dan mengorbankan kesehatan serta kesejahteraan pribadi demi mencapai target produktivitas, seperti yang dijelaskan oleh Jennifer Moss, seorang pembicara profesional dan penulis buku “Why Are We Here?: Creating a Work Culture Everyone Wants,” dikutip dari CNBC Make It, Rabu, (5/2/).
Dan Terkadang, Pengusaha dan manajer seringkali berperan dalam mendorong karyawan untuk bekerja berlebihan dan mengabaikan kebutuhan pribadi mereka. Namun, hal ini tidak hanya merugikan karyawan, tetapi juga berdampak negatif pada moral dan tujuan perusahaan secara keseluruhan.
“Setelah bekerja berjam-jam, produktivitas seseorang sebenarnya menurun, sehingga mereka tidak lagi mendapatkan hasil yang optimal.”
Berikut 4 Penyebab ‘Produktivitas’ Beracun ditempat kerja:
1. Budaya Kerja Berlebihan
- Memuji karyawan yang bekerja berjam-jam tanpa istirahat.
- Mengharapkan karyawan untuk bekerja di luar jam kerja atau pada akhir pekan.
- Tidak menghargai waktu luang dan keseimbangan hidup.
2. Target yang Tidak Realistis
- Menetapkan target yang tidak dapat dicapai dalam waktu yang wajar.
- Mengharapkan karyawan untuk mencapai target yang tidak realistis tanpa memberikan sumber daya yang memadai.
- Tidak mempertimbangkan kemampuan dan batasan karyawan.
3. Kurangnya Batasan
- Tidak menetapkan batasan yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
- Mengharapkan karyawan untuk selalu tersedia dan responsif terhadap email dan pesan.
- Tidak menghargai waktu luang dan keseimbangan hidup.
4. Tekanan untuk Selalu Tersedia
- Mengharapkan karyawan untuk selalu tersedia dan responsif terhadap email dan pesan.
- Tidak memberikan waktu yang cukup untuk karyawan untuk melakukan tugas mereka.
- Menghukum atau mengkritik karyawan yang tidak tersedia atau tidak responsif.
“Untuk mencegah terciptanya lingkungan kerja yang mendukung produktivitas beracun, para pemimpin harus menjadi contoh yang baik bagi tim mereka dan mempromosikan perilaku seimbang dan sehat,” kata Jennifer Moss,
Pemimpin harus menekankan bahwa kesejahteraan adalah kunci untuk mencapai kesuksesan dalam organisasi. Mereka harus menjadi contoh dengan memprioritaskan kesejahteraan mereka sendiri dan menunjukkan bahwa keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi adalah penting.
Para pemimpin harus menciptakan ritual dan kesempatan yang tak terduga untuk mempromosikan kesejahteraan dan keseimbangan hidup di tempat kerja, seperti kegiatan relaksasi, olahraga, atau kegiatan sosial yang menyenangkan.
Menurut Jennifer Moss, salah satu cara pemimpin dapat menunjukkan contoh yang baik tentang memprioritaskan kesejahteraan adalah dengan mengambil liburan yang ramai, yaitu menggunakan waktu libur yang dibayar untuk benar-benar melepaskan diri dari pekerjaan dan mengisi kembali energi.
“Pemimpin harus menunjukkan kesadaran dan empati, terutama jika karyawan sedang mengalami kesulitan atau tekanan,” kata Moss.
Jennifer Moss, mengatakan bahwa para pemimpin dapat menunjukkan hal yang baik dengan berbagi tentang waktu libur atau kegiatan relaksasi mereka, seperti memposting di saluran Slack tentang rencana mereka untuk berjalan kaki selama 15 menit dan mengundang orang lain untuk bergabung. Ini dapat membantu menciptakan budaya yang mendukung kesejahteraan dan keseimbangan hidup.
Para pemimpin dapat menambah waktu bagi karyawan untuk makan bersama di kantor dapat membantu meningkatkan koneksi dan hubungan antar karyawan. Contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah makan pizza bersama pada hari Jumat atau menikmati muffin pada hari Senin.
Moss juga menekankan pentingnya menciptakan ritual dan kesempatan tak terduga untuk memudahkan karyawan terhubung satu sama lain.
Para pemimpin yang “mengumpulkan data” dan bertanya kepada karyawan mengenai hal-hal yang berhasil dan yang tidak, dapat lebih efektif dalam mendukung kebutuhan mereka.
“Saya sarankan untuk mengadakan satu pertemuan setiap minggu, di mana Anda dapat bertanya kepada tim: ‘Apa yang membuat Anda bersemangat?’ ‘Apa yang membuat Anda stres minggu ini?’ dan ‘Apa yang bisa kita lakukan untuk saling membantu agar pekerjaan menjadi lebih mudah?’”