Gagal 2.000 Kencan, Kini Bantu Orang Temukan Jodoh

Perjalanan Yoshio mencari pasangan dimulai delapan tahun lalu ketika ia mulai mendaftar ke berbagai biro jodoh

 

Jakarta – Seorang pria asal Jepang mendirikan biro jodoh setelah mengalami ribuan gagal kencan dalam mencari pasangan. Dengan harapan membantu orang lain menghadapi tantangan serupa, ia kini berusaha menjadi jembatan bagi mereka yang kesulitan menemukan cinta.

Dilansir dari South China Morning Post (SCMP), pria bernama Yoshio itu merupakan warga Prefektur Shizuoka berumur 44 tahun. Ia gagal kencan, kini memegang gelar master sains dari sebuah universitas ternama di Jepang.

Gagal kencan, Perjalanan Yoshio mencari pasangan dimulai delapan tahun lalu ketika ia mulai mendaftar ke berbagai biro jodoh. Namun, dalam empat tahun pertama, ia mengalami hampir 2.000 kencan buta yang berakhir dengan kegagalan. Beragam alasan penolakan ia terima, mulai dari wanita yang mengabaikannya setelah satu kali pertemuan hingga yang langsung menolaknya berdasarkan profilnya.

Yoshio mengakui bahwa faktor ekonomi dan kondisi kehidupannya turut memengaruhi kesulitannya dalam menemukan pasangan. Ia masih tinggal bersama orang tuanya dan memiliki penghasilan tahunan sekitar 3,5 juta yen (sekitar Rp370 juta), jauh di bawah rata-rata pendapatan pria yang menjadi anggota biro jodoh, yakni sekitar 5,5 juta yen (sekitar Rp580 juta).

Tak hanya itu, ia juga pernah mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari beberapa teman kencannya. Ada yang mencibirnya karena mobilnya yang sudah usang, bahkan ada pula yang menjulukinya “anak mama” karena masih tinggal dengan orang tua di usia dewasa.

“Selama berkencan, saya mengasah keterampilan saya dalam mengobrol, mengambil keputusan, dan merencanakan kencan. Setiap pengalaman kencan meningkatkan kemampuan saya,” ungkapnya, sebagaimana dilansir CNBC Indonesia, Jumat, (14/2/2025).

BACA JUGA  Kenapa Wajah ABG Zaman Dulu Tampak Tua? Ini Jawabannya

Namun, alih-alih menyerah, Yoshio menjadikan semua kegagalan tersebut sebagai pembelajaran. Tidak lama kemudian, ia bertemu calon istrinya melalui sebuah aplikasi kencan. Setelah berpacaran selama lebih dari setahun, mereka akhirnya menikah dan dikaruniai seorang anak.

Bermodal pengalamannya, Yoshio kemudian mendirikan Yoshio Marriage Laboratory, sebuah biro jodoh yang menyediakan konsultasi gratis bagi mereka yang menghadapi tantangan dalam cinta dan pernikahan.

Kisah Yoshio ini dianggap menginspirasi banyak orang. Seorang pengguna media sosial mengatakan: “Jangan menyerah begitu saja pada cinta! Dengan melalui kegagalan yang tak terhitung jumlahnya Anda dapat benar-benar memahami siapa yang tepat untuk Anda.”

Namun, ada juga yang berkomentar kritis, “Mengikuti 2.000 kencan buta itu berlebihan. Fokuslah membangun keuangan Anda terlebih dahulu daripada menghabiskan seluruh waktu Anda untuk berkencan.”

Fenomena yang dialami Yoshio mencerminkan tren sosial yang lebih luas di Jepang. Banyak orang di negara tersebut memilih untuk tetap melajang karena faktor ekonomi, yang pada akhirnya berkontribusi pada penurunan populasi.

Menurut data dari Institut Nasional Penelitian Kependudukan dan Jaminan Sosial Jepang, sekitar 32 persen pria dan 23,79 persen wanita berumur di atas 50 tahun di Tokyo belum pernah menikah.

Angka ini menunjukkan tantangan besar yang dihadapi masyarakat Jepang dalam membangun hubungan dan berkeluarga di tengah tekanan ekonomi dan sosial yang semakin tinggi.

Dengan pengalaman pribadinya, Yoshio kini berupaya membantu orang lain menghadapi tantangan serupa, menawarkan harapan bagi mereka yang masih mencari pasangan di tengah realitas sosial Jepang yang semakin kompleks.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *