Myanmar Gelap, Warga Pilih Energi Surya

Mengalami pemadaman listrik parah, dengan produksi listrik harian rata-rata hanya 2.200 MW, dan hanya setengahnya yang berhasil didistribusikan.

 

 

Jakarta – Warga Yangon, Aung Ko Gyi, berusaha mencari perlengkapan tenaga surya di sebuah pameran untuk mengatasi pemadaman listrik yang sering terjadi di Myanmar sejak kudeta militer empat tahun lalu.

“Saya memerlukan pasokan listrik yang stabil untuk keperluan bisnis, seperti menggunakan komputer dan koneksi internet di malam hari,” kata Aung Ko Gyi di acara pameran tenaga surya terbesar di Myanmar.

Pemadaman listrik bergilir yang dijadwalkan oleh pemerintah junta Myanmar telah menjadi hal yang biasa di Yangon, menyusul upaya pemerintah untuk menguasai wilayah yang direbut oleh kelompok pemberontak.

Akibatnya, warga setempat seperti Aung Bo Bo harus beradaptasi dengan jadwal pemadaman listrik yang tidak menentu.

“Rumah saya gelap gulita selama 12 jam sehari,” ujar Aung Bo Bo, dikutip dari CNA, Minggu, (2/2/2025).

Ia terpaksa bangun tengah malam untuk memasak dan memompa air saat listrik menyala.

Pemadaman listrik yang berkepanjangan di Yangon telah mempengaruhi kualitas hidup warga setempat.

Sementara itu, Seorang pekerja kantoran, yang mengeluhkan situasi ini sangat sulit bagi keluarga dengan anak-anak.

“Kami tidak bisa tidur,” kata Yin Kay Thwe

Ia berharap pemadaman listrik terjadi selama jam kantor, bukan di malam hari hingga lewat tengah malam.

“Bagaimana kami bisa hidup dengan itu?” tanya Yin Kay Thwe

MYANMAR BERJUANG SETIAP HARI

Empat tahun setelah kudeta militer yang menggulingkan pemerintahan sipil terpilih di Myanmar, negara tersebut masih terjerumus dalam konflik yang telah menewaskan ribuan orang.

Meskipun Myanmar memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, termasuk minyak, gas, batu bara, serta potensi hidroelektrik dan tenaga surya, ketidakstabilan politik dan kebijakan yang buruk telah menghambat pengembangan sektor energinya.

BACA JUGA  Virus HMPV Ditemukan di Indonesia

Menurut laporan Kementerian Tenaga Listrik Myanmar pada Januari, dari kapasitas terpasang 7.000 megawatt (MW), sistem tenaga listrik hanya dapat mendistribusikan sekitar 4.000 MW pada waktu normal.

Sementara itu, Produksi listrik harian rata-rata telah menurun drastis menjadi 2.200 MW, dengan hanya setengahnya yang berhasil didistribusikan.

Lebih lanjut, Pemadaman listrik yang semakin parah di Myanmar telah menjadi salah satu dampak krisis yang melanda negara tersebut. Junta militer menyalahkan kenaikan harga gas dan serangan terhadap infrastruktur oleh pejuang antikudeta sebagai penyebab utama pemadaman listrik.

Namun, data dari Bank Dunia menunjukkan bahwa pemadaman listrik telah menjadi tantangan utama bagi banyak perusahaan di Myanmar. Pada April tahun lalu, sekitar sepertiga perusahaan yang disurvei melaporkan pemadaman listrik sebagai masalah utama mereka, meningkat dari 12 persen pada September 2023.

Berdasarkan data PBB, hanya 48 persen dari populasi Myanmar yang memiliki akses listrik pada akhir tahun 2024, yang merupakan tingkat terendah di Asia. Krisis ini telah berdampak besar pada ekonomi dan kesejahteraan warga sipil di Myanmar.

“Kami tidak bisa memasak dengan arang atau kayu di ruangan kecil, jadi kami mengandalkan gas. Namun, kami juga menghadapi kekurangan gas,” kata Yin Kay Thwe

“Akibatnya, kami kesulitan memasak setiap hari.”

“ENERGI DARI ALAM”

Krisis energi di Myanmar telah mendorong masyarakat untuk mencari alternatif, terutama tenaga surya. Sebagian besar panel surya yang digunakan di Myanmar diimpor dari Tiongkok, produsen energi terbarukan terbesar di dunia.

“Pemerintah Myanmar sedang menjajaki solusi jangka panjang melalui pengembangan sumber energi terbarukan seperti tenaga air, tenaga surya, dan angin.” Ujar Kementerian ESDM

Menurut Data Bank Dunia menunjukkan bahwa 17 persen perusahaan Myanmar yang disurvei telah berinvestasi dalam tenaga surya di luar jaringan.

BACA JUGA  4 Orang Penghinaan Al Quran Dihukum Mati

Zaw Htay Aung, melaporkan peningkatan permintaan panel surya dari rumah tangga yang mengalami kelangkaan listrik dan bahan bakar.

Sementara itu, Direktur Sun Solar Myanmar Company, Zaw Htay Aung, minat masyarakat Myanmar terhadap energi surya meningkat karena kemudahan dan kenyamanannya dalam mengatasi kekurangan listrik.

“Orang-orang mulai mengikuti tren energi surya karena lebih nyaman untuk mengatasi kekurangan listrik di Myanmar, Biaya pemasangan panel surya rumah, menurutnya, relatif terjangkau, sekitar US$570, katanya

Aung Kyo Gyi, warga Yangon, mengajak masyarakat untuk beralih ke tenaga surya sebagai alternatif untuk mengatasi krisis energi.

“Tenaga surya tidak berisik dan memanfaatkan energi alam,” katanya.

“Meskipun biaya awalnya lebih mahal, namun jangka panjangnya lebih menguntungkan.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *