Penjabat Ketua Dekranasda Aceh, Safriati, mengungkapkan bahwa pada tahun 1990 Dekranasda Aceh hanya berkantor di Peunayong dan menampilkan kerajinan bordir.
Banda Aceh – Pj Gubernur Aceh, Safrizal ZA, meresmikan Galeri Seuramoe Dekranasda Aceh yang terletak di Kompleks Taman Ratu Safiatuddin, Banda Aceh, Kamis, (6/2/2025).
Galeri Seuramoe Dekranasda Aceh Diresmikan, Fokus Pengembangan UMKM ini menjadi langkah awal untuk memperkuat industri kerajinan lokal dan mendorong pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Aceh.
Dalam sambutannya, Safrizal menekankan pentingnya pengelolaan galeri agar semakin menarik bagi wisatawan dan pembeli.
“Kami memulai renovasi dari awal dan terus berupaya menyempurnakan. Ini sudah kunjungan ketiga saya, yang menunjukkan perhatian besar terhadap pengembangan galeri ini. Interiornya terus diperbaiki agar tampilannya semakin menarik, sehingga orang ingin datang dan berbelanja di sini,” ujarnya.
Safrizal juga menyoroti peran vital UMKM dalam perekonomian nasional. Menurutnya, UMKM menyumbang sekitar 61-63 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
“Indonesia dibangun di atas UMKM. Ketika krisis ekonomi terjadi, sektor inilah yang tetap bertahan. Jika UMKM berjalan baik, maka pengangguran dapat teratasi. Sumber daya manusia Aceh sangat potensial, kita hanya perlu memberikan kesempatan dan peluang,” katanya.
Ia juga mengharapkan agar ke depannya, Aceh tidak lagi bergantung pada ekspor sumber daya alam, melainkan lebih mengandalkan industri kreatif dan intelektual.
“Singapura mengekspor produk kerajinan hingga 41 persen, Thailand 29 persen, sementara Indonesia baru mencapai 15,7 persen. Ini menunjukkan kita masih perlu bekerja keras,” ungkapnya.
Pj Gubernur Aceh mengusulkan sejumlah strategi untuk mendukung UMKM, salah satunya dengan kebijakan penggunaan produk lokal oleh pegawai pemerintah.
“Setiap Kamis, pegawai pemerintah diharapkan mengenakan batik khas Aceh. Dengan sekitar 20 ribu pegawai, jika mereka mengenakan batik Aceh, maka UMKM akan terus berproduksi,” tuturnya.
Lebih lanjut, Safrizal menyampaikan cita-citanya agar Dekranasda Aceh tidak hanya berfungsi sebagai galeri fisik, tetapi juga sebagai marketplace digital.
“Dekranasda harus menjadi platform digital yang mempertemukan pengrajin dengan pembeli. Meskipun tidak semua orang bisa datang ke sini, mereka tetap bisa membeli produk kerajinan Aceh secara online,” katanya.
Selain itu, ia juga menginstruksikan pemerintah daerah untuk menjadikan produk Dekranasda sebagai buah tangan resmi bagi tamu-tamu pemerintah.
“Dengan cara ini, uang akan terus berputar di masyarakat, dan para pengrajin dapat merasakan manfaatnya,” ujarnya.
Acara peresmian ini turut dihadiri oleh istri Gubernur Aceh terpilih, Marlina Usman, Kepala Bank Aceh Syariah, dan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh. Dalam kesempatan tersebut, Pj Gubernur juga meminta dukungan pihak perbankan untuk mengembangkan Dekranasda melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).
Sementara itu, Penjabat Ketua Dekranasda Aceh, Safriati, mengungkapkan bahwa pada tahun 1990 Dekranasda Aceh hanya berkantor di Peunayong dan menampilkan kerajinan bordir.
Setelah gedung baru di Taman Ratu Safiatuddin selesai pada 2004, fungsinya terbatas sebagai showroom tanpa optimalisasi penuh.
“Kami berinisiatif membuat galeri ini sebagai langkah awal menuju galeri yang lebih besar untuk Aceh. Meskipun belum sempurna, ini adalah langkah pertama. Produk dari 23 kabupaten/kota di Aceh kini hadir di sini, mulai dari tikar hingga kursi enceng gondok,” ujar Safriati.
Safriati berharap galeri ini terus berkembang dengan dukungan pemerintah daerah dan berbagai pihak.
“Kami telah memperbarui kepengurusan dengan formasi terbaik. Dengan melibatkan berbagai instansi, kami yakin organisasi ini akan berjalan dengan baik.”
Ia juga mengungkapkan impian untuk memperluas jangkauan produk kerajinan Aceh.
“Kami berharap galeri ini tidak hanya ada di sini, tetapi juga di bandara, pusat perbelanjaan besar, bahkan hotel-hotel. Kami juga mengusulkan aturan yang mewajibkan hotel dan rumah makan di Aceh untuk menggunakan taplak meja dan runner dari pengrajin lokal,” katanya.
Dekranasda Aceh saat ini memiliki dua unit usaha, yaitu rumah batik dan galeri. Safriati berharap dinas-dinas pemerintahan dapat mulai memesan batik dari Dekranasda untuk mendukung pengrajin lokal.
“Belanja di sini berarti turut membesarkan pengerajin Aceh,” ujarnya. []