Ramai Tagar #KaburAjaDulu, Arsjad: Masa Depan Indonesia Masih Ada Kok!

“Banyak anak muda bingung, tapi justru itu sinyal bahwa mereka ingin belajar dan berkembang. Itu harus kita perhatikan,” katanya.

 

 

JakartaTagar #KaburAjaDulu dan #Indonesiagelap sempat menggema di media sosial pada awal 2025. Ketidakpastian politik dan ekonomi saat itu membuat banyak orang, termasuk anak muda, merasa gamang. Bahkan, keresahan itu turut dirasakan diaspora Indonesia di luar negeri.

Ketua Dewan Pengawas Indonesia Business Council (IBC) Arsjad Rasjid mengungkapkan, saat berada di Amerika Serikat beberapa waktu lalu, dirinya sempat mendapat pertanyaan menohok dari para diaspora.

“Pak, masih ada nggak sih masa depan buat kita?” ujar Arsjad menirukan pertanyaan para diaspora dalam acara Coffee Break with Arsjad di Jakarta, Jumat (2/5/2025).

BACA JUGA : Kripto hingga Pinjol : Negara Panen Pajak Digital Rp 34,91 T

Menurut Arsjad, banyak anak muda Indonesia yang kuliah di luar negeri tetap memimpikan kembali ke Tanah Air. Namun situasi nasional yang sempat bergejolak membuat mereka ragu dan khawatir.

“Everybody is worried. Tapi saya bilang, jangan mikir kita mau gelap terus. Tantangan pasti ada, tapi kita juga harus punya optimisme. Kalau semuanya pesimis, ya hancur beneran,” tegasnya.

Arsjad menyoroti bahwa keresahan yang muncul, termasuk dari tagar #Indonesiagelap, salah satunya dipicu oleh fenomena “winter tech” — kondisi lesunya industri teknologi digital global. Hal ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di banyak negara.

Sementara itu, tagar #KaburAjaDulu menurutnya tidak sepenuhnya negatif. Justru itu menjadi sinyal bahwa anak muda ingin berkembang dan mencari peluang, bukan semata ingin lari dari negeri sendiri.

“Banyak anak muda bingung, tapi justru itu sinyal bahwa mereka ingin belajar dan berkembang. Itu harus kita perhatikan,” katanya.

BACA JUGA  PEMA Setor Dividen Rp26,7 M ke Kas Aceh

Lebih lanjut, Arsjad menekankan pentingnya membuka ruang bagi anak muda, baik yang berada di dalam maupun luar negeri. Diaspora, menurutnya, bisa jadi kekuatan besar jika terhubung dengan baik dalam sistem rantai pasok dan inovasi nasional.

Ia mencontohkan Vietnam dan China yang berhasil memberdayakan diaspora untuk membangun bisnis dan pusat riset di luar negeri, yang kemudian memberikan dampak balik ke negara asal.

“Kalau pun mereka ke luar negeri, bukan berarti putus asa. Bisa jadi karena peluang kerja ada di sana. Tapi mereka tetap ingin kembali. Dan tugas kita adalah membuka jalan agar mereka bisa kembali berkontribusi,” pungkasnya.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *