Malaysia Tolak Dubes AS Pro-Israel

Penunjukan Nick Adams sebagai Dubes AS Tuai Penolakan di Malaysia.

 

 

Jakarta — Penunjukan Nick Adams sebagai Duta Besar Amerika Serikat untuk Malaysia menuai penolakan luas dari berbagai kalangan di Malaysia. Sosok Adams dinilai tidak pantas mewakili Washington di negara mayoritas Muslim karena rekam jejaknya yang dinilai pro-Israel, konservatif ekstrem, dan kerap melontarkan retorika kebencian di media sosial.

Partai Amanah, salah satu partai dalam koalisi pemerintahan Perdana Menteri Anwar Ibrahim, menyebut penunjukan Adams sebagai bentuk penghinaan terhadap Malaysia dan nilai-nilai yang dijunjung negara tersebut.

“Nick Adams bukan diplomat, bukan negarawan. Dia cuma propagandis sayap kanan ekstrem, loyalis Trump dan pendukung kuat rezim Zionis Israel,” kata anggota Partai Amanah, Muzab Muzahar, dikutip South China Morning Post (SCMP), dikutip dari CNN Indonesia, Senin (14/7).

Muzahar juga menyoroti pernyataan-pernyataan Adams di media sosial yang disebut sarat dengan sentimen Islamofobia, rasisme, dan pandangan misoginis. “Retorikanya sangat jauh dari semangat hubungan bilateral yang sehat dan dewasa,” katanya.

Penolakan terhadap Adams juga menggema di media sosial. Banyak warga Malaysia menyampaikan kekhawatiran bahwa kehadirannya di Kuala Lumpur akan merusak hubungan diplomatik yang selama ini dijaga dengan baik. Adams dikenal sebagai figur yang kontroversial dan provokatif, termasuk karena dukungannya terhadap restoran Hooters yang kerap dianggap menjajakan citra seksual perempuan sebagai daya tarik utama.

Salah satu pengguna media sosial, Azril, bahkan menyoroti tindakan Adams yang pernah menyerukan agar karyawan Hooters dipecat karena mengenakan pin bertuliskan “Free Palestine”. “Itu tindakan pengecut, bukan kekuatan. Kebencian Anda tidak diterima di sini, Nick Adams,” tulisnya.

Penunjukan Adams juga dinilai menyimpang dari praktik diplomatik Amerika Serikat selama ini. Biasanya, Washington menunjuk diplomat karier untuk mengisi pos di Malaysia, yang dikenal sebagai negara dengan kebijakan luar negeri yang pragmatis dan berhati-hati dalam menjaga relasi bilateral.

BACA JUGA  Wagub Aceh Desak Revisi UUPA Saat Bertemu Kepala KKK

Sebagai informasi, Adams direncanakan menggantikan Edgard Kagan, duta besar AS sebelumnya. Namun, langkah ini memicu kekhawatiran luas di tengah meningkatnya sensitivitas publik Malaysia terhadap dukungan AS terhadap Israel, terutama sejak agresi militer Israel ke Jalur Gaza yang terus berlangsung.

Malaysia secara konsisten menjadi salah satu negara yang paling vokal dalam mengutuk serangan Israel terhadap Palestina. Pemerintah Anwar Ibrahim pun memperkuat posisi itu dengan menegaskan penolakannya terhadap segala bentuk normalisasi hubungan dengan Tel Aviv.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *