Aset BSI Wilayah Aceh Tembus Rp 24 Triliun, Literasi Keuangan Syariah Terus Digenjot.
Banda Aceh — Kinerja Bank Syariah Indonesia (BSI) Wilayah Aceh menunjukkan pertumbuhan signifikan sepanjang paruh pertama 2025. Total aset BSI di provinsi ini tercatat mencapai Rp 24 triliun, naik tajam dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Peningkatan ini mencerminkan tingginya kepercayaan masyarakat Aceh terhadap layanan keuangan berbasis syariah, sekaligus menegaskan peran strategis BSI dalam menopang perekonomian daerah melalui sistem keuangan yang inklusif dan berprinsip.
Pemimpin BSI Wilayah Aceh, Imsak Ramadhan, menjelaskan bahwa pertumbuhan aset ditopang oleh tiga pilar utama, yakni peningkatan dana pihak ketiga (DPK), ekspansi pembiayaan produktif dan konsumtif, serta penguatan layanan digital.
“BSI hadir bukan hanya sebagai penyedia pembiayaan, tetapi juga sebagai penggerak literasi dan inklusi keuangan syariah di masyarakat,” ujar Imsak di Banda Aceh, Jumat (1/8/2025).
Pada semester I-2025, penghimpunan DPK tumbuh lebih dari 10 persen secara tahunan. Tabungan, giro, dan deposito syariah masih menjadi pilihan utama masyarakat dalam menempatkan dana mereka, mencerminkan tingkat kepercayaan yang terus meningkat.
Sementara itu, penyaluran pembiayaan juga mengalami pertumbuhan positif. Sektor produktif seperti UMKM, perdagangan, pertanian, dan perikanan menjadi prioritas pembiayaan BSI, sebagai bagian dari dukungan terhadap pembangunan ekonomi daerah yang berkelanjutan.
“Kami tidak hanya melayani kebutuhan konsumtif seperti pembelian rumah atau kendaraan. Fokus kami juga pada sektor produktif yang memberikan dampak nyata bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat Aceh,” jelasnya.
Literasi Keuangan Masih Jadi Tantangan
Kendati demikian, Imsak menilai bahwa tantangan besar masih membayangi perbankan syariah, yakni rendahnya tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat. Data OJK menunjukkan, hingga kini, tingkat literasi keuangan syariah nasional baru menyentuh angka 9,1 persen.
Menjawab tantangan tersebut, BSI Aceh meluncurkan sejumlah inisiatif edukatif, antara lain BSI Goes to School & Campus, BSI UMKM Academy, serta program literasi digital perbankan syariah. Ketiga program ini menyasar pelajar, mahasiswa, pelaku usaha kecil, serta masyarakat umum.
“Literasi adalah pondasi. Kami ingin masyarakat memahami bahwa perbankan syariah bukan sekadar label, tetapi mengedepankan keadilan, transparansi, dan prinsip syariah dalam setiap transaksi,” tegas Imsak.
Digitalisasi Jadi Kunci Pertumbuhan
Layanan digital turut menjadi pendorong pertumbuhan aset. Aplikasi BSI Mobile yang memungkinkan nasabah melakukan transaksi secara daring kapan pun dan di mana pun, semakin diminati. Aplikasi ini juga menyediakan layanan pembukaan rekening, pembayaran zakat dan sedekah, hingga pemantauan saldo tabungan emas.
Selain penguatan kanal digital, BSI juga memperluas jaringan ATM dan e-channel di berbagai daerah untuk menjangkau masyarakat yang belum terakses layanan digital secara optimal.
Sejak diberlakukannya Qanun Lembaga Keuangan Syariah (LKS) pada 2021, Aceh menjadi satu-satunya provinsi di Indonesia yang menerapkan sistem perbankan syariah secara penuh. Hal ini menjadikan BSI sebagai aktor utama dalam ekosistem keuangan syariah di Aceh.
Target Naikkan Aset Hingga Rp 26 Triliun
Mengacu pada tren positif ini, BSI Aceh menargetkan total aset dapat menembus Rp 26 triliun hingga akhir 2025. Untuk mencapainya, sejumlah strategi disiapkan, meliputi:
- Ekspansi pembiayaan UMKM sebagai motor pertumbuhan ekonomi lokal,
- Optimalisasi layanan digital agar lebih mudah dan efisien,
- Edukasi literasi keuangan syariah secara menyeluruh di seluruh kabupaten/kota,
- Memperkuat kolaborasi dengan pemerintah daerah dan lembaga pendidikan.
“BSI berkomitmen menjadi lokomotif pembangunan ekonomi syariah di Aceh yang inklusif dan berkelanjutan,” pungkas Imsak Ramadhan.
