Menlu Sugiono: Prioritas Diplomasi Multilateral

“Indonesia juga on-track dalam memenuhi capaian SDGs, termasuk dalam isu lingkungan dan transisi energi”, tegas Menlu Sugiono.

 

 

Jakarta – Menteri Luar Negeri Sugiono, menyampaikan situasi Dunia tengah dihadapkan pada krisis yang saling berkaitan atau polycrisis.

Indonesia akan berada di lini depan penggerak reformasi multilateral, untuk mewujudkan PBB yang fit-for-purpose, arsitektur keuangan internasional yang tangguh dan inklusif, serta memberi ruang bagi kepemimpinan Global South,” ujar Sugiono, dalam pernyataannya, dikutip dari Menlu, Jakarta, Sabtu (11/1/2025).

Lebih lanjut, Sugiono memaparkan bahwa tidak ada kawasan di dunia ini yang sepenuhnya terbebas dari konflik dan ketegangan. Kondisi global juga diperburuk dengan krisis iklim dan tantangan terhadap multilateralisme.

“Ironisnya, di tengah berbagai tantangan, solidaritas dan kerja sama global justru memudar. Multilateralisme seperti kehilangan daya. Hukum internasional dan Piagam PBB semakin tidak dihormati. Arsitektur-arsitektur ekonomi dunia yang tidak lagi sesuai untuk menjawab tantangan zaman dan kebutuhan sebagian besar negara-negara global,” ujar Menlu Sugiono.

Ia juga menyampaikan harapannya agar tata kelola global dapat terus relevan. Karena itu, menurutnya, upaya mendorong reformasi ini tetap dilakukan melalui keanggotaan aktif Indonesia di berbagai forum multilateral untuk mendorong perubahan dari dalam.

Dukungan Indonesia terhadap multilateralisme juga tercermin dalam komitmen Indonesia untuk memenuhi capaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

“Indonesia juga on-track dalam memenuhi capaian SDGs, termasuk dalam isu lingkungan dan transisi energi”, tegas Menlu Sugiono.

Terkait isu iklim, Menlu Sugiono menggarisbawahi pentingnya common but differentiated responsibilities.

Menlu juga menyoroti keterbatasan negara-negara berkembang dari aspek kapasitas, kemampuan, dan finansial dalam merespon perubahan iklim.

“Untuk itu, kewajiban negara-negara terhadap perubahan iklim juga tidak bisa dipukul rata. Negara-negara yang maju dan kuat harus membantu dan memberdayakan negara-negara berkembang dalam isu ini”, tambah Sugiono.

BACA JUGA  Meuseuraya Akbar di Cot Geunduk, 8 Paket Kari Sapi Dihidangkan kepada Masyarakat

Menlu Sugiono menambahkan bahwa Presiden Prabowo akan tetap meneruskan komitmen Indonesia untuk mewujudkan emisi nol karbon, termasuk melalui pengembangan pasar karbon yang berkeadilan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *