Densus 88 Gandeng Pesantren di Takengon Rayakan HUT RI ke-80

Lewat program Merah Putih Pondok, Densus 88 dan Markaz Al-Gurobah Takengon rayakan kemerdekaan bersama, perkuat persatuan dan cegah radikalisme.

 

 

Takengon – Dalam suasana peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, Satuan Tugas Wilayah (Satgaswil) Densus 88 Antiteror Polri Aceh menunjukkan wajah baru pendekatan keamanan yang lebih humanis. Melalui program Merah Putih Pondok, Densus 88 bersama Yayasan Markaz Al-Gurobah Takengon serta Kementerian Agama Aceh Tengah menggelar kegiatan “Refleksi 80 Tahun Kemerdekaan Indonesia” di Kecamatan Bebesan, Aceh Tengah, Senin (18/8/2025).

Bagi Markaz Al-Gurobah Takengon, momentum ini menjadi bersejarah. Untuk pertama kalinya, pesantren tersebut merayakan hari kemerdekaan bersama aparat Densus 88. Sekitar 300 peserta hadir dalam kegiatan ini, terdiri atas santri, wali murid, tokoh masyarakat, dan unsur pemerintah daerah. Suasana kebangsaan terasa kental, sekaligus menepis stigma negatif yang kerap dilekatkan pada sebagian pondok pesantren.

Kasatgaswil Densus 88 Aceh, Kombes Pol Fadli Widitanto, melalui Katim Pencegahan Ipda Said Martunis, menegaskan bahwa peran Densus 88 tidak berhenti pada penindakan, melainkan juga membangun kembali kepercayaan masyarakat.

“Kami mengajak pimpinan Markaz Al-Gurobah Takengon dan masyarakat sekitar untuk memaknai kemerdekaan sebagai bentuk kepedulian terhadap NKRI. Citra positif hanya bisa diraih jika pesantren berkomitmen pada nilai kebangsaan dan Pancasila,” ujar Said.

Ia menambahkan, kemerdekaan yang dirasakan hari ini adalah hasil perjuangan para ulama dan pendiri bangsa. Karena itu, menjaga dan merawatnya adalah tanggung jawab seluruh elemen masyarakat melalui semangat kebhinekaan dan persatuan.

Pimpinan Markaz Al-Gurobah, Ustaz Sayuti Ambia, menyampaikan apresiasi atas kehadiran Satuan Tugas Wilayah (Satgaswil) di lingkungan pesantren. Ia menegaskan kesiapan lembaganya menjadi mitra strategis dalam pencegahan penyebaran paham intoleransi dan radikalisme berbasis kekerasan (IRET).

BACA JUGA  Gubernur Aceh Hadiri Pelantikan Kepala Daerah di Istana

“Program ini momentum penting bagi kami untuk berbenah, membangun citra positif pesantren, sekaligus berperan aktif menyuarakan bahaya paham IRET,” kata Sayuti.

Kegiatan refleksi kemerdekaan tersebut tidak hanya bersifat seremoni. Sejumlah lomba antar-santri hingga penyuluhan ideologi kebangsaan turut digelar, menjadikan acara berlangsung semarak sekaligus edukatif.

Program Merah Putih Pondok menjadi penegasan transformasi pendekatan Densus 88. Dari yang dahulu kerap diasosiasikan dengan operasi keras, kini hadir pula dengan wajah persuasif dan humanis. Kolaborasi antara aparat keamanan, lembaga pendidikan keagamaan, dan masyarakat di Takengon ini menjadi contoh nyata bagaimana ketahanan ideologi bangsa dapat diperkuat melalui kebersamaan.


Posting Terkait

JANGAN LEWATKAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *