Kematian Charlie Kirk, Kritikus Diburu Online

Pasca-penembakan Charlie Kirk, Partai Republik melancarkan kampanye digital untuk menekan pengkritik. Sejumlah pekerja dipecat, sementara situs khusus dibuat untuk mengekspos mereka yang dinilai “merayakan” kematian Kirk.

 

 

Jakarta – Pasca-penembakan yang menewaskan komentator konservatif Charlie Kirk, Partai Republik Amerika Serikat melontarkan peringatan keras kepada masyarakat, berduka dengan hormat atau bersiap menghadapi konsekuensinya. Seruan itu disampaikan pada Sabtu (13/9/2025), di tengah meningkatnya ketegangan politik nasional.

Dalam beberapa hari terakhir, baik Partai Republik maupun Demokrat kompak mengecam pembunuhan Kirk, aktivis berumur 31 tahun yang dikenal sebagai tokoh sayap kanan dan sekutu dekat mantan Presiden Donald Trump. Namun, gelombang reaksi publik juga memunculkan sebagian suara yang merayakan atau menyindir kematian Kirk, yang segera menjadi sasaran serangan balik dari kelompok konservatif.

Melansir Reuters, mencatat sedikitnya 15 orang telah dipecat atau diskors dari pekerjaannya setelah menyinggung soal pembunuhan Kirk di media sosial. Mereka termasuk jurnalis, akademisi, hingga guru. Tekanan publik semakin besar setelah kelompok sayap kanan melancarkan kampanye terorganisir di platform X (dulu Twitter), menuntut agar para pengkritik Kirk dipublikasikan dan diberi sanksi sosial.

“Siapkan diri Anda untuk melihat semua aspirasi profesional Anda hancur jika cukup gila untuk merayakan kematiannya,” ujar Laura Loomer, sekutu dekat Trump sekaligus salah satu penggerak kampanye digital untuk mengekspos para pengkritik.

Sejumlah anggota Partai Republik bahkan mendorong langkah lebih ekstrem, mulai dari deportasi hingga larangan permanen menggunakan media sosial. Anggota Kongres Clay Higgins menyatakan, siapa pun yang “merayakan pembunuhan Kirk” seharusnya dilarang dari semua platform digital.

Kemarahan Partai Republik itu kontras dengan sikap sejumlah tokoh konservatif, termasuk Kirk sendiri, yang pernah mengejek korban kekerasan politik di masa lalu. Salah satunya ketika Paul Pelosi, suami mantan Ketua DPR Nancy Pelosi, diserang di rumahnya pada 2022.

BACA JUGA  Pemerintah Aceh Gandeng KPK, Targetkan Bersih Total dari Korupsi!

Di tengah gelombang protes digital, sebuah situs baru bernama Expose Charlie’s Murderers muncul dengan mencantumkan puluhan nama yang dituding mendukung kekerasan politik. Beberapa dari nama yang tercantum diketahui hanya mengutip pernyataan Kirk sendiri soal senjata api tanpa menyatakan dukungan terhadap pembunuhan.

Pengamat komunikasi politik Universitas Kansas, Jay Childers, menilai fenomena ini mencerminkan kecenderungan lama di mana elit politik berusaha menekan perbedaan pendapat. “Yang berbeda sekarang adalah setiap orang bisa memposting opini di internet, sehingga jauh lebih banyak orang berisiko menjadi target,” ujarnya.

Kasus ini menambah daftar panjang polarisasi politik di Amerika Serikat, yang kian tajam di era media sosial.


Posting Terkait

JANGAN LEWATKAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *