Plt Kadisdik Aceh tekankan pentingnya kesejahteraan guru, penguatan supervisi, dan penempatan pejabat pendidikan yang profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan Aceh.
Bireuen — Di tengah kompleksitas persoalan yang masih membayangi dunia pendidikan Aceh, semangat perubahan kembali digaungkan dari Kabupaten Bireuen. Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Murthalamuddin, S.Pd., MSP, menegaskan bahwa pengelolaan pendidikan harus dilakukan dengan hati dan empati sebagai fondasi untuk membangun mutu pendidikan Aceh yang lebih baik dan berkeadilan.
Pesan tersebut disampaikan Murthalamuddin dalam kunjungan kerja dan pertemuan koordinasi bersama jajaran Cabang Dinas Pendidikan Bireuen, para pengawas sekolah, serta kepala SMA, SMK, dan SLB se-Kabupaten Bireuen di Aula Kampus Al-Muslim, Senin (27/10/2025). Pertemuan itu juga turut dihadiri Wakil Ketua Komisi I DPR Aceh, Rusyidi Mukhtar, S.Sos. (Ceulangiek).
Dalam arahannya, Murthalamuddin menyoroti lemhnya sistem pembinaan dan pengawasan pendidikan Aceh, terutama terkait penempatan pejabat struktural yang tidak selalu berasal dari latar belakang pendidikan. Menurutnya, situasi itu menyebabkan lambannya penyelesaian persoalan di lapangan.
“Selama birokrat pendidikan bukan orang pendidikan, sulit memahami persoalan lapangan. Pendidikan adalah bidang sangat spesifik, tidak bisa dikelola secara administratif saja,” tegasnya.
Ia juga menekankan bahwa peningkatan mutu pendidikan Aceh harus dimulai dari apresiasi terhadap guru sebagai garda terdepan proses pembelajaran. Perhatian terhadap kesejahteraan dan kenyamanan kerja guru, katanya, merupakan langkah penting dalam membangun budaya sekolah yang sehat.
“Selama guru tidak diperhatikan kesejahteraannya, sulit berharap hasil pendidikan yang baik. Guru yang bahagia akan melahirkan anak didik yang hebat,” ujar Murthalamuddin.
Selain itu, ia menegaskan perlunya memperkuat fungsi supervisi melalui sistem pengawasan yang jelas dan akuntabel. Setiap proses mutasi kepala sekolah, kata Murthala, harus memiliki tanggung jawab bersama dan dilakukan secara transparan melalui kesepakatan pihak terkait.
“Jika pengawasan dilakukan dengan benar, dan pengawas berani menyampaikan fakta lapangan kepada pimpinan, saya yakin mutu pendidikan Aceh akan semakin baik,” katanya di hadapan peserta.
Dalam forum tersebut, Murthalamuddin juga membagikan kisah pribadinya tumbuh dalam keluarga guru, yang menurutnya membentuk cara pandang terhadap pendidikan sebagai ladang pengabdian.
“Saya lahir dan besar di lingkungan guru. Karena itu saya paham betul beratnya menjadi pendidik. Pendidikan itu bukan hanya soal sistem, tetapi soal hati,” ujarnya.
Menutup arahannya, ia mengajak seluruh insan pendidikan Aceh untuk menyatukan tekad dan bekerja lebih serius melalui langkah nyata yang terukur.
“Mulai hari ini, mari kita bekerja dengan hierarki yang nyata, dengan hati yang ikhlas. Walaupun pendidikan kita masih lemah, saya yakin dengan niat baik bersama, Aceh akan bangkit,” pungkasnya.
Pertemuan berlangsung dalam suasana penuh antusias, diwarnai dialog terbuka dan penyampaian aspirasi dari para pendidik terkait isu mutu pembelajaran, penguatan supervisi, dan percepatan pelayanan pendidikan di daerah.













