Teheran Terbakar, Harapan Luntur di Tengah Serangan

Saya dan keluarga tak tahu apakah kami akan kembali—jika pun iya, kami tak tahu kapan, dan ke mana sebenarnya kami akan pulang.

 

 

Jakarta — Suasana mencekam menyelimuti Iran dalam sepekan terakhir setelah serangan besar-besaran dilancarkan Israel ke berbagai wilayah, termasuk Ibu Kota Teheran. Jutaan warga terpaksa meninggalkan rumah mereka dalam gelombang pengungsian yang berlangsung cepat dan dramatis. Saya termasuk salah satu di antara mereka.

Ledakan pertama mengguncang Teheran pada Jumat dini hari, 13 Juni, sekitar pukul 03.00 waktu setempat. Puluhan jet tempur dan drone militer Israel menggempur sejumlah titik strategis. Serangan dilengkapi dengan quadcopter bermuatan bahan peledak serta peluru kendali Spike yang diduga diluncurkan dari dalam wilayah Iran oleh agen-agen Israel.

Bangunan-bangunan tempat tinggal luluh lantak. Target lainnya termasuk situs militer, baterai pertahanan udara, serta fasilitas pendukung pengayaan nuklir di Natanz, Provinsi Isfahan. Serangan itu menewaskan puluhan warga sipil, sejumlah komandan militer, dan ilmuwan nuklir terkemuka.

 Bulan Sabit Merah Iran
Dalam foto yang dirilis oleh Masyarakat Bulan Sabit Merah Iran, tim penyelamat bekerja di lokasi ledakan setelah serangan Israel di Teheran, Iran, pada Jumat, 13 Juni 2025. (Foto: Masyarakat Bulan Sabit Merah Iran via AP)

Keesokan paginya, Teheran masih diliputi kebingungan. Warga mencoba memahami situasi yang mendadak berubah drastis, sementara otoritas keamanan berupaya mengoordinasikan respons terhadap serangan mendadak tersebut.

Karena serangan terjadi pada Jumat, hari terakhir akhir pekan di Iran, sebagian besar ruas jalan masih sepi. Namun, antrean panjang mulai terlihat di hampir seluruh SPBU di kota berpenduduk hampir 10 juta jiwa itu, membeludak hingga 15 juta pada hari kerja karena pergerakan dari dan ke kota-kota sekitar seperti Karaj.

BACA JUGA  Keracunan Alkohol Oplosan, 100 Orang Lebih Jiwa Melayang

Saya menyusuri beberapa lokasi terdampak di barat Teheran. Di kawasan Patrice Lumumba, rumah-rumah hancur. Di Saadat Abad, lantai bangunan setinggi 15 lantai yang menjadi tempat tinggal dosen universitas runtuh. Di Marzdaran, dua lantai teratas sebuah apartemen musnah. Serangan itu tampak sebagai pembunuhan terarah terhadap sejumlah ilmuwan nuklir, namun banyak warga sipil turut menjadi korban.

Puing-puing
Puing-puing dari sebuah gedung apartemen terlihat di atas mobil-mobil yang diparkir setelah serangan di Teheran, Iran, pada Jumat dini hari, 13 Juni 2025 (Vahid Salemi/AP)

Pada malam hari, militer Iran membalas dengan meluncurkan ratusan rudal dan drone ke wilayah Israel. Setidaknya 16 gelombang serangan dilaporkan sejak saat itu. Pemerintah Iran menyatakan akan terus menyerang selama Israel belum menghentikan agresi. Sementara itu, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengisyaratkan kemungkinan keterlibatan langsung dalam konflik, mendukung Israel dengan suplai amunisi canggih, armada pesawat pengisian bahan bakar, serta dukungan intelijen.

Suara ledakan terus terdengar hingga siang hari selama beberapa hari berikutnya, dentuman bom yang kian mendekat — beberapa hanya berjarak sekitar dua kilometer, dikutip dari Al Jazeera, Senin (23/06/2025).

Sebagian wilayah Teheran ditutup. Kepanikan meluas ketika Israel dan Trump menyerukan evakuasi. Pemerintah membuka stasiun metro dan masjid sebagai tempat penampungan sementara, meski tanpa adanya protokol evakuasi yang jelas ataupun infrastruktur perlindungan sipil yang memadai.

Lokasi Ledakan di Teheran
Tim penyelamat Bulan Sabit Merah bekerja di lokasi ledakan setelah serangan Israel di Teheran, Iran, pada hari Jumat, 13 Juni 2025 (Masyarakat Bulan Sabit Merah Iran via AP)

Setelah tiga hari menimbang situasi, saya dan keluarga akhirnya memutuskan meninggalkan Teheran. Sekitar pukul 16.00, saya menjemput pasangan saya. Orang tuanya, tenaga kesehatan yang masih bertugas, akhirnya juga memilih mengungsi. Kami lalu menjemput ibu saya dan empat kucing peliharaan dari rumahnya di barat kota.

BACA JUGA  Mark Carney Menang, Siap Gantikan Trudeau sebagai PM Kanada

Saat kami bersiap pergi, serangan udara kembali menghantam daerah sekitar. Dentuman ledakan mengguncang tanah. Sensasi mual dan teror menghantui setiap detik. Ancaman evakuasi dari militer Israel kembali disampaikan bersamaan dengan serangan ke markas televisi pemerintah.

Asap mengepul
Asap mengepul dari gedung saluran televisi milik pemerintah Iran setelah serangan Israel di Teheran, Iran, pada Senin, 16 Juni 2025 [AP]

Tinggalkan Teheran Mengungsi ke Utara

Dengan perasaan berat dan ketidakpastian, kami tinggalkan Teheran. Gedung-gedung tampak kosong ditinggalkan penghuninya. Rasa khawatir menghantui, terlebih bagi mereka yang tak bisa pergi karena keterbatasan fisik, ekonomi, atau karena harus merawat anggota keluarga.

Perjalanan menuju utara Iran yang biasanya memakan waktu empat jam, kini memakan waktu hampir 12 jam. Jalan raya dipadati kendaraan, barang-barang, dan hewan peliharaan. Rest area dan rumah makan dipenuhi pengungsi. Di sepanjang perjalanan, semua orang terpaku pada siaran berita, menanti kabar terbaru.

Di dekat tujuan kami di Provinsi Gilan, lalu lintas tersendat karena pemeriksaan ketat oleh aparat keamanan bersenjata. Truk-truk pikap menjadi sasaran pemeriksaan karena diduga digunakan untuk menyelundupkan senjata dan drone ke dalam Iran.

Saya menulis laporan ini dari sebuah kota kecil di Gilan, provinsi di utara Iran yang dikenal sebagai destinasi wisata populer. Provinsi Gilan, Mazandaran, dan Golestan kini menjadi titik konsentrasi pengungsi. Rumah-rumah warga dibuka untuk menampung pendatang. Enam juta orang dilaporkan telah masuk ke Mazandaran sejak serangan dimulai, menurut Wakil Kepala Kepolisian Iran, Qasem Rezaei.

Pemerintah mencoba meyakinkan warga bahwa kebutuhan dasar, termasuk makanan dan bahan bakar, akan tetap tersedia. Namun, rasa frustrasi dan ketidakpastian menyelimuti 90 juta penduduk Iran yang hidup di bawah ancaman terus-menerus serta keterisolasian dari dunia internasional.

BACA JUGA  Situs Nuklir Iran Dihantam, Balasan Mengintai

Kondisi diperparah dengan terputusnya akses internet selama berhari-hari. NetBlocks melaporkan pada Jumat bahwa konektivitas internet nasional hanya tersisa 3 persen. Warga hanya mengandalkan informasi dari media pemerintah atau jaringan lokal.

gedung penyiaran TV pemerintah Iran
Buntut dari serangan Israel terhadap gedung penyiaran TV pemerintah Iran di Teheran, Iran, terlihat pada 19 Juni 2025 [Majid Asgaripour/WANA (West Asia News Agency) via Reuters]

Pemutusan internet dimulai sejak hari pertama serangan dan diperketat seiring eskalasi. Selain itu, serangan siber dari kelompok pro-Israel memperparah situasi. Sejumlah bank dan platform kripto besar seperti Nobitex mengalami gangguan. Nobitex mengonfirmasi bahwa “hot wallet”-nya sempat diretas, namun berjanji mengembalikan dana nasabah.

Otoritas berdalih bahwa pemutusan internet dibutuhkan untuk menangkal serangan drone dan rudal. Namun, hingga kini belum ada kepastian kapan konektivitas akan dipulihkan.

Iran telah lama dikenal memiliki salah satu sistem internet paling tertutup di dunia. Sebagian besar aplikasi dan situs populer diblokir dan hanya dapat diakses melalui jaringan virtual pribadi (VPN).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

NEWS FEED